Jumat, 19 November 2010

Customer Service


Ditulis oleh Edi Siswoyo
Diunggah oleh Edi Siswoyo

Asaalaamuallaikum,Salam sejahtera, Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan Sahabat-sahabatku semua sahabat dalam akidah & akhlak, dan sahabat nan bak laron mencari terang dalam sebatang obor lilin harapan, sedulur-sedulurku semua termasuk sedulur papat limo pancer semoga dalam kesehatan dan ketenangan yang tak terhingga bak danau biru dimalam yang mawulan dan gemintang.

Kali ini saya ingin berbagi sedikit tentang yahhh...sebuah hal jamak,tentang nilai keegoisan manusia,yang kadang tanpa sadar penginya diusap terus. Bagaimana kita menjadi Customer Service untuk Tuhan, dan sesama manusia, Bagaimana kita akan melayani dan dilayani Tuhan & manusia dengan ikhlas dan rendah hati,ini mungkin hanya analogi kecil,sahabat-sahabat bebas beranalog sesuai kemampuan pemikiran masing-masing, yawis...delengna bae yuhhh langsung kayangapa...kacaritane.

Eh...ketemu lagi Bapak-bapak yaa..., ibu-ibu, ade-adek,semua iyaaa..yang ada disini..."tolong ya...minta bantuan ya...bantunya gini,bim sala bim..dadi apa prookk...prookk...prookk...gitu ya bareng-bareng ya..., saya mengambil celotehan khas ngapak Master Tarno (Sama kaya saya heuheuheu...maklumlah satu species dan ras Ngapaker's PORTUGAL/Purwokerto - Tegal, Nyilih ya pak tarno...heuheuheu...

Dalam setiap penampilanya Classic Magician Ngapak, Alumnus acara pencarian bakat magician salah satu setasiun televisi swasta, yang satu ini selalu minta bantuan pada hadirin, padahal tanpa minta bantuan dari hadirin pun saya bisa asumsikan Sang Master bisa melakukan atraksi sulapnya, tanpa kendala.

Biasanya hadirin akan tertawa "geerrrrr....berjama'ah", kalau Sang Master sudah mengeluarkan celotehan yang satu itu, dan itulah titik jual atau trademarknya Master Tarno selain dengan dialek khas ngapaknya, tapi yang saya tangkap selain "haha...hihi..." adalah, bahwa ada nilai pekerti luhur tentang kerendahan hati, disela-sela banyolan Sang Master, bahwasanya semua tindak-tanduk kita,tak selalu berhasil bila tanpa bantuan dari orang lain, sebagai kodrati kita manusia (makhluk sosial), termasuk campur tangan Tuhan.

Memang keyakinan manusia berbeda-beda dalam melakukan tindakan.

Pertama, ada segolongan manusia yang sangat yakin bahwa semua hal yang dilakukanya akan selalu berhasil tanpa campur tangan siapapun.

Kedua, ada juga manusia yang tak pernah habis rasa ketidakpercaya dirianya, dan setiap melakukan tindakan apapun pribadi seperti ini selalu membutuhkan bantuan, paling tidak dia membutuhkan pendamping/mentor dalam setiap tindakan.

Ketiga, adalah manusia yang memang sadar betul akan kemampuanya, sehingga dia mampu mengestimasikan resiko terkecil dan terbesarnya, gagal dan berhasilnya, tetapi dia tetap rendah diri dan memohon bantuan baik kepada sesama manusia ataupun Tuhan.

Nah... enyong lebih cenderung suka pribadi yang ketiga, hitam ataupun putih dari apa yang dilakukan adalah sebuah resiko yang harus kita hadapi, Toh...dari kegagalan kita Tuhan memberikan kita hadiah kesempatan.

Tapi hendaknya kita sebagai manusia tidak perlu congkak/takkabur dengan keberhasilan yang sudah kita raih, dan kita juga tidak boleh selalu bergantung dengan orang lain,kita harus yakin dengan diri kita sendiri, dan tidak melupakan kita adalah makhluk yang terbatas dan dari keterbatasan itulah kita harus belajar untuk memahami kurang dan lebihnya kita, dan saling mengaca.

Terlepas bahwa selalu ada 2 unsur kehidupan, 2 hal yang bertentangan tapi itulah soko guru kehidupan, ada hitam dan putih, ada hujan dan panas, ada pelayan dan ada yang dilayani.

Kita tak mungkin selamanya jadi Customer service/pelayan, dan kita juga tidak bisa menjadi pribadi yang harus selalu dilayani...dilayani...dilayani, dimanjakan...dimanjakan...dimanjakan, apa jadinya kalo yang model kaya gini hidup di hutan belantara sendirian pada siapakah dia akan memohon pertolongan, kecuali pada Tuhan dan dirinya sendiri.

Dengan tidak melupakan Tuhan marilah kita lakukan semuanya dengan ikhlas, melayani dengan iklas dan menerima pelayanan dengan ikhlas,dan selalu yakinlah bahwa ketenangan hidup hanya akan kita dapat apabila kita mulai jujur pada diri kita sendiri.

Terima kasih Bapak-bapak, ibu-ibu,adek-adek ya....iyaaaa...terima kasih yaaa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...