Kamis, 18 November 2010

Guru Oh...Guru...


Ditulis oleh Edi siswoyo
Diunggah oleh Edi siswoyo

"Sepanjang kita masih terus begini...
Tak kan pernah ada damai bersenandung"


Dalam waktu yang amat singkat sekali saya benar-benar sangat ditampar oleh sepenggal lirik lagu "Ku cari jalan terbaik" karya Alm. Abang Panche Pondaagh.

Lirik singkat itu benar-benar mak pecuncu... tanpa kulonuwun menjadi guru untuk saya. Meski saya tahu ini wajar bahwa pada saat-saat tertentu kadang Tuhan meminjam raga siapapun untuk menjelma menjadi sosok guru untuk kita.

Kita tak pernah tahu kadang Tukang Pulung, Tukang bubur, Tukang cukur, bahkan copet atau jambret, dari sinden sampai presiden, bahkan seorang anak punk yang sering kita olok-olok jorok-jorok pun bisa menjelma menjadi sosok guru untuk kita.

Bahkan anak kecil yang masih polos tomo dan pemikiranya masih belum matang, memaksa kita untuk berkata "ya" dan "He'eh", kadang benar-benar menampar kita dengan sekelumit kata-katanya yang kadang sdikit nyleneh bisa merubah cara hidup kita dan bagaimana kita memandang masalah dari sudut yang berbeda.

Nah, siang kemarin setelah mangan awan (awan ko dimakan...?) alias makan siang bin lunch, saya mampir disebuah kedai pengisian ulang pulsa/voucher reload langganan,saya beri nama kedai ini "S3" bukan karena yang empunya lulus cumlaude S3, tapi karena setiap saya datang pasti langsung dikasih Senyum, Salam, & Sapa.

Tapi, siang itu saya bukan cuma sekedar S3 dan ngisi pulsa yang saya dapet, tapi, saya mendapat bonus kejadian yang asyik sekali, tentu bukan cipika-cipiki dari anaknya si engkoh yang cantik-cantik,karena si engkoh hari ini sedang jaga sendirian, dengan santai dan mengusap-usap kacamatanya, yang empunya kedai sedang asyik berseloroh berdendang :

"Sepanjang kita masih terus begini...
Tak kan pernah ada damai bersenandung"


Dalam waktu yang cukup singakt itu lirik lagu itu seperti langsung meretas ke sedulur papat lima pancer saya (hati nurani), fikiran saya benar langsung memfolderkan dan menerjemahkan lirik diatas, bener-bener dibolak-bali utek saya,.

Bagaimana tidak, saya langsung mengimplementasikan lirik itu kepada diri sendiri, sepanjang saya masih hitung-hitungan dalam mencintai seseorang, cemburuanlah, curigaanlah, aku cinta kamu karena A-Z, kamu tuh ini dan itu, saya yakin hubungan itu akan terasa monoton dan menjemukan.

Kemudian, saya mengimplementasikan lirik diatas dengan nasib Negeri kita, selama penguasanya masih gitu-gitu aja(mementingkan politik pencitraan), tidak jujur, tebang pilih dalam penanganan & penegakan hukum, dan setengah hati dalam memperjuangkan bangsa, dan niscaya Negeri kita ini akan mengalami stagnan,atau bahkan kemunduran, dan akan monoton sulit untuk bisa bergerak maju sedikit pun.

***
Setahun yang lalu saya mengalami brokenheart atouw dalam bahasa portugal tempat saya berasal disebut ati bodol, jamaklah saya jadi sering curhat dengan Pak Slamet security ditempat saya bekerja, alih-alih pengin curhat lagi eh ternyata Pak slamet yang kadang-kadang tidak selamet ternyata off/libur, akhirnya saya termenung saja di gardu pos satpam.

Sedang tidak asyik merenung meratapi nasibeng badan pada waktu itu, Mang Sutisna a.k.a Entis (pemulung & tunawisma yang biasa beroperasi dikomplek perkantoran saya)langsung ngagetin dan bikin buyar kekhusyukan saya.

Sambil terkekeh-kekeh seperti tahu ikhwal kesedihan saya, dia langsung bertanya "kenapa kamu sedih...?putus cinta...heeh Allah mengambil itu untuk mengganti," lawong saya yang ga punya rumah, keluarga, dan kurang segalanya tetap berbahagia ko kamu yang satu derajat lebih mulia dari saya sedih terus...?

Oke yes...lagu yang cocok untuk kamu kayanya "Suratan" karya Bang Haji Oma Irama.
Teeerrrrrlllllaaalllluuuu...menirukan gaya Bang Haji...

Dengan rasa sedikit lega saya mendengarkan Mang Entis berdendang, dan saya sampai sekarang masih mengingat beberapa liriknya yang benar-benar membuat otak saya terkuak :

"Apa pun bentuk musibah yang terjadi di dunia
Tidak akan didatangkan
Tanpa suatu alasan
Tentang musibah yang datang mungkin hanyalah cobaan
Atau mungkin peringatan
Semoga bukan hukuman
Namun apa pun juga alasan
Bersabarlah dan tingkatkan iman

Tetapkanlah langkah, lapangkanlah dada
Mantapkanlah arah di dalam aqidah"


Menilik semua pemaparan diatas kadang keyakinan tidak selalu datang dari motivator ulung, tapi siapapun dapat Tuhan jadikan kunci untuk membukakan tabir hati kita yang tertutup rapat,siapa sangka seorang pemulung bisa bener-bener merogoh nurani kita, dan membuat seperti sedang menyaksikan orang suci sedang meruwat kita.

Sama seperti halnya cinta guru pun datang tanpa diduga-duga, siapapun bisa menjadi guru kita, Tuhan kadang menitis semaunya Dia,untuk memberikan kita peringatan, untuk melucuti pekerti kita dan memaksa kita untuk...BERKACA.

Guru tak berhenti dan ada pada saat kita bersekolah saja, tapi Allah akan terus mengirimkan guru untuk kita, dengan caraNya yang kadang tidak kita fahami,Gurupun akan berguru pada guru yang hayat yang akan kita temuai diwaktu-waktu yang tidak dapat kita pastikan,.

Guru Oh...Guru..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...