Selasa, 28 September 2010

"Cerita Pagi Dari Secangkir Kopi"

"Prakata"



Purba sekali pagi ini "Tak ada yang sama...", Maukah kau terima lidahku yang latah dengan rasa dan "Jangan berkata bohong..." dari mana kita mulai berfikir...Bohong...Bohong...Bohong...Mulai berkata "DUSTA...AYO...TA...TAMBAH LAMA..AYU..MA...MAKIN DOSA...AYO...SA...SAMPAH JIWA...AYO...WA..WARNA HITAM...AYO...TAM...TAMBAH KELAM...AYO...LAM...LAMA-LAMA AYO..MA...MAKIN ENAK..AYO..NAK...NAKAL JUGA...AYO...GA...GA KERASA...AYO...SA...SAYANG-SAYANG...AYO...YANG...YANG DUSTA MASUK NERAKA..AAA..AAA..." Awal berfikir dengan dusta, dusta dari apa yang ada dari atas meja, baiklah aku akan bertanya "Siapa namamu...?",Dia manjawab "Akulah nikmatmu pagi ini...".

Kau gila berjelaga sendiri pagi ini, menyemai pada revolusi yang belum terjadi.

Tapi pagi aku akan bersyukur dan jatuh cinta pada secangkir kopi, aku akan bergegas keluar mencumbu bibir pagi yang masih perawan, dan berteriak "haaaiiiiii....Manusia...Manusia...Manusia...Siapa namamu?Presiden...Menteri...Dewan Rakyat...Hakim yang agung dan tak agung...apa saja nama kalian...salam hangat khususon untuk tikus-tikus berdasi dimanapun engkau bersarang dan berkandang..." "Bagaimana dengan malam kalian, pasti tak sama dengan malamku...?" Tak susah payah menjawab...berikan jawabanya untuk kalian masing-masing saja...

Jika sudah begini "Marilah kita sama-sama duduk disini...dimeja saya ini..lapuk...habis dimakan rayap...tapi tak pernah berhenti tersenyum dan pongah pada pagi..." masih kuat untuk menopang beberapa cangkir kopi, sepuntung rokok, asbak, dan sepiring kue pancong, apalagi jangan bingung "ini mejaku mana mejamu...ini nikmatku...mana nikmatmu...ini syukurku...mana syukurmu...", meja kalian dirumah yang pagus terbuat dari marmer, granit, kayu mulia, tapi kau tak pernah bersyukur pada apa yang tersaji diatasnya setiap pagi.

Duduklah disini Bapak-bapaku yang kaya dan mulia, kita join kopi dan join rokok...dan untuk hiburanya pagi ini akan saya bacakan sedikit sajak dengan judul"Puisi untuk para koruptor..." jika ada yang tak suka dengan hiburanya, kita main bareng-bareng saja, kebetulan main golf saya tidak hobi, main poker saya tidak bisa, main wanita kalian pasti suka..tapi tidak semua..., bagaimana jika kita memainkan permainan baru temuan saya...hasil penelitian saya edi siswoyo profesor kupret yang saya beri nama permainan "Pengakuan Dosa"

Begini cara bermainya :

1. Kita semua akan membeli sepiring sarapan pagi
2. Seperti anak kecil disuruh beli bumbu oleh ibunya diwarung dia akan bernyanyi untuk
mengingat-ingat "kunyitku, bawang merah...Kecambah kecil, terasi" tanpa henti tapi kita
rubah nyanyianya"duitku darimana...apakah hasil korupsi"
3. Lalu belilah sarapan pagi
4. Setelah kita sudah berhasil membeli sarapan pagi jangan terburu untuk memakanya (karena
bukan siapa yang lebih cepat meghabiskan sarapan pagi yang akan menjadi pemenangnya)
5. Sebelum makan kita akan didoakan oleh para janda-janda pensiunan/veteran yang menderita,
pencuri 2bh kapas randu yang dihukum, janda-janda & anak-anak korban penculikan orang,
korban salah tangkap yang dianiaya sampai cacat, yatim piatu, pemulung, pengemis, dan
semua kaum duafa, yang hidupnya hancur oleh para jahanam-jahanam koruptor.

Begini doanya :
"Ya Allah...Mencretlah seumur hidup...Mencretlah seumur
hidup..sengsaralah..matilah...orang yang pagi akan memakan sarapan pagi dari hasil
korupsi..matilah...matilah..matilah.."
6. Siapa yang akan mengaku dosa terlebih dahulu dialah PEMENANGNYA.


Rasanya :

* Berfikir pun dimulai dari "bagaimana cara untuk membohongi diri sendiri...?"
* Bersyukurlah dengan apa yang terjadi setelah kita terbangun dipagi hari, rasakan nafas
kita yang masih berhembus, beranjak dari kamar dan rasakan matahari milik Sang Maha itu
masih terasa hangat sinarnya yang jatuh dikulit, rasakan semua indera kita masih
berfungsi untuk siap menaklukan hari ini.
* Satu lagi "Jangan korupsi yah....."

AKHIR SEBUAH CERITA (Part I)


Setelah hujan hilang "kaulah manusia-manusia yang menamakan dirimu sebutir pasir..."
Begitu kecil, tak pasti, hilang dalam isapan ombak, dan hembusan angin...
Tapi kau senantiasa berdiri menutur dan memberikan peribahasa pada muka bumi...
Jangan katakan kau tak berarti karena walau tanpa irama dan menggigil...
Kau adalah pralambang keabadian yang tak bosan berserapah pada diri...
Untuk tak menyerah dan menemukan mimpi yang kau kejar sampai waktu mati...

Pada dirimu dan diriku ada jiwa tanpa sayap yang menjadi tanggungan
Pada dirimu aku tak akan menitipkan lautan, biar saja hilang
Pada diriku sejumput pasir itu akan aku abaikan dalam angan
Pada yang Maha Menghancurkan saja kita titipkan semuanya, agar semua jejak kehancuran itu terhapus dalam satu kata "Musnah"

Akhir sebuah cerita...
Mungkin, saat ku tutup mataku dengan tanganku, kututup dan kubuka lagi...kututup dan kubuka lagi
Berharap, saat kubuka kudapat melihatmu lagi dirimu datang dan mengucapkan kata pemujaan lagi
Kubuka dan kututup lagi...kubuka dan tak pernah ada apa-apa selain jalan-jalan sepi
Kini aku semakin tak yakin kau akan hadir diujung jalan itu dengan senyumanmu setitik


Hidup ini sudah tanpa cerita...
Kita sudah sejati dalam apa yang sudah terlahir dan yang masih tersirat
Keparat apa yang menyudahi tidurmu, pagi apa yang kejam mengakhiri mimpimu
Sedang pada hatimu akan akan terlelap dan membagi bayangku-bayangmu

Seluruhnya tenggelam...kau menggetarkan semuanya dan pergi
Semuanya musnah...kau tunjukan keindahan dan kau sembunyikan lagi
Semuanya kabut...tak terbersit lagu yang lebih manis daripada madu
Semuanya hayat...samudra tanpa batas dalam dan luasnya pun hatiku

Sore ini kau berkata :

"Aku mohon kau mengerti perasaan itu hanya ada padamu...tak ada padaku"
"Menggumamlah tentang kerelaan,karena hatiku tak menyampaikan jawaban yang kau harapkan..."
"Kau memutuskan perasaanmu atas hatiku...aku pun berhak memutuskan apa yang diucapkan oleh hatiku..."
"Tataplah,lihatlah aku disini pun tak berdaya...dengan kehancuranmu..."
"Sadarilah kesalahan dan airmata tak pernah menyembuhkan hanya kepedihan semata

Sampai kapan kau akan meratapi, kata-kata itu tak kan pernah kau miliki
Jiwamu samudra tanpa batas dan aku hanya sebutir pasir belaka menghambur ditepi pantai sepi
Berfikirlah tentang jagad tempat kakimu melangkah yang masih sangat luas tanpa tepi..
Sedangkan aku hanya akan berpijak disini,khawatir,beku,sendiri dan sepi..."


------------------------------------BERSAMBUNG-------------------------------------------------

PERPISAHAN


Perpisahan adalah pralambang kehidupan
Tuturan sunah qodho dan qodhar
Masa Perpisahan adalah penghargaan dari masa pertemuan
Tuntunan bahwa masa pertemuan yang tak berarti, jadi sangat berarti

Aku seperti berdiri di depan kaca jendela
Melaluinya aku melihat kebenaran yang indah
tetapi aku dibatasinya pula

Gelombang laut sama dengan gelombang perasaanku
Debur laut sama dengan gemuruh di dadaku
Desir angin laut tak beda dengan bisikan gundahku
Lengkaplah semua deritaku
Bak pusaka yang menghujam dan meniadakanku

Perpisahan memberikan keputus-asaan
Semuanya menjadi tanggungan tanpa kata dalam tangisan
Sedangkan ragaku terbawa arus samudra
Namun jiwaku tetap menyair dan berfatwa pada pantai hatinya

Sekarang kau dan aku benar-benar terpilah-pilah dan memisah-misah
Karena derita laut untukku dan dukalara pantai itu untukmu saja
Penderitaanku hanyut bersama gelombangnya
Dan kesepianmu menghambur bersama pasirnya

Aku serigala yang suaranya hilang digulung malam
Bak Debu liar yang mengharap kemuliaan
Malam didahan dan dedaunan, siang mengalun acak tak tentu arah
Segala ungkapan keputusasaan terucap
Saat angin perpisahan itu membadai diatas hati kita

Tapi sekarang saatnya bangun
Karena rasa cinta itupun pralambang dari diriku
Saatnya mengusap air mata
Karena kebesaranmu adalah landasan hatiku

Kita tak akan bisa menghalangi matahari yang sedang menyingsing sesuai kodrat-Nya
Apa yang kita satukan akan menyatu dan terpisah jua karena-Nya
Entah akan berbuah apa tapi, benih cinta yang kita tak akan tumbuh selainya
Walaupun mati kita menyatu dalam kesatuan lahan cinta yang sama

Aku pun akan hadir disitu
Karena kau dan aku adalah hasrat yang membara, mengembara dalam dalam kabut
Aku jadi kabut kaupun sama kita akan saling mencari dan lahir dalam mimpi baru

Karena sesungguhnya kita tidak jauh terpisah
Kau berada ditangan Tuhan yang sebelah kanan
dan aku berada ditangan-Nya yang sebelah kiri
Rembulan tak lebih bercahaya daripada kita saat pertemuan nanti


Wahai kau orang asing yang lewat didepan pintu hatiku
Kau dan aku adalah hakikat dan pralambang dariku
Kau yang menggetarkan bibir hayatku yang bisu
Hingga satu kata cinta itu hadir dalam kelu
Selanjutnya kita saling menyabda dalam segala beku

Saling hanyut bertahun-tahun
Mendenyutkan kenangan masa lalu dan mendambakan masa depan
Karena perpisahan telah membenamkan kita dalam ajal
Dan esok kita akan memburu kelahiran kita dalam pertemuan.

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...