Minggu, 31 Oktober 2010

Lihatlah Akibat Jika Anda Mulai Main-main Dengan Tuhan



Ditulis oleh Edi Siswoyo
Diunggah oleh Edi Siswoyo



Tuhan tidak selalu diam ketika kita bertingkah pola seperti apapun diatas Bumi-Nya
Tuhan memberikan kita beberapa kewajiban sebagai umat beragama yang berke-Tuhanan
Kemudian kewajiban Tuhan menjadi sebuah pilihan (dilaksanakan / dilalaikan), karena kita manusia yang berakal, dan dengan kesibukan dan urusan-urusan dunia kita.
Tuhan membebaskan anda memilihnya, tapi
Ketika anda mulai bermain-main dengan Tuhan

"Lihatlah Akibat Jika Anda Mulai Main-main Dengan Tuhan"


Dus…Wedus Gembel…
Kemarin masih kudengar nyanyian Dus…Wedus Gembel…
Kemarin jelas benar, awan nan putih masih berlagu Dus…Dus…Wedus Gembel…
Sumpah telingaku tak gagap, mendengar lagu itu seraya senyumnya

Lelaguan itu menghenyapkanku dari keterjagaan
Pagi dan secangkir kopi tak begitu berarti tanpa lelagu Dus…Wedus Gembel…
Lelaguan itu, hampir membuatku lupa akan kesejatian
Pagi dan senyum kecil anak-anak lereng seraya lelagu Dus…Wedus Gembel…

Keindahan yang tak dibuat-buat, walau diramu dari ketakutan
Lukisan nan elok, walau dipulas pada lembar kain alam
Cinta adalah malamnya
Kasih adalah sewidara rajutan benangnya...

Tapi kini...

Huuusss…Dus…Wedus Gembel…
Kini kulagukankan lirih sendiri, sedikit takut seraya mimpi membisik
“eee… yaaa….eee…yooo…dia bersekutu” mimpi membisik
“eee… yaaa….eee…yooo…sekutu yang mengerikan” mimpi membisik
Siapa saja sekutunya...?
“eee… yaaa….eee…yooo…lahar bumi,awan panas , dan mata angin ” mimpi membisik

Selepas terbangun dari henyapku…
Persekutuan sombong itu, sudah membumbung tinggi…
Selepas menyeka keringat gelisahku…
Sekutu itu sudah melumat rumahku, ladangku, saudara-saudariku,

Sungai-sungaiku penuh dengan laharnya
Menyerapah mati...mati...pada apa saja yang dilaluinya
Langit-lagit memerah marah...dengan abu panasnya
Membungkam mulut dan hidung, mati...mati...pada setiap makhluk yang ada di depanya

Duh..Gusti...Gusti... Tolonglah kami
Kata itu selalu ada pada saat seperti ini
Ya Allah..Ya Allah...Selamatkan kami
Kata itu selalu membahana seraya tangis

Ya Tuhan...Ya Tuhan...Lindungi kami
Do'a itu bertabur selayak debu...

Aku mendengarnya lagi…
Dus…Dus…Wedus Gembel…Dus…Dus…Wedus Gembel…
Rentetan tangis,pekikan teriakan, ibu…ibu…ibuuuu….
Ponirah kecil pontang-panting mencari-cari ibunya

Aku mendengarnya lagi…
Dus…Dus…Wedus Gembel…Dus…Dus…Wedus Gembel…
Pucat, gundah, menada pada ketakutan...anaku..anaku..
Sumiyem yang renta pontang-panting mencari-cari keluarganya

Mega mawujud kolo...
Tanganya sedang mencoba mengapai-gapai leher-leher setiap kehidupan
Daun-daun,hewan-hewan, tak pelak juga manusia-manusia
Manusia-manusia mencoba berlari menghindar dari tangan-tanganya

Serik nangis mawurahan ambata rubuh gumerah
Berlari menyelamatkan nyawa yang tinggal teronggok dalam jiwanya

Udara sore yang masih suci di perkosa
Hawa panas dicucukan pada hidung-hidung kehidupan
Meronta, manangis, menjerit, menyerapah dan menghiba tolong...tolong...
Demi setarik helaan nafas untuk kehidupan

Ya Allah...
Mereka sedang membawa sesuatu
Keyakinan mereka akan-Mu

Ya Allah...
Mereka sedang menangisi sesuatu
Harta terakhir yang meghuni raga mereka, roh Dari-Mu

Dus…Wedus Gembel…
Ini Yang Terakhir, nyawa kami
Dus…Wedus Gembel…
Ini Nafas Yang penghabisan

Untuk kesekian kali kau curi hak kehidupan kami dari tangan Tuhan
Kau ambil lagi nyawa-nyawa kami yang masih dielus-elus Tuhan
Kau akan mengubur kami semua, dalam kehidupan kami yang tinggal setengah
Secanting nyawa yang masih kami bawa berlari sedang kau kejar untuk dibinasakan

Gustiiii...ampunilah kami...
Ini nyawa kami yang Kau pelihara dengan kesungguhan-Mu
Roh pernah Kau tiupkan sebelum nafas kami jatuh pada bumi pertiwi
Gustiiii...ampunilah kami...

Duh... Gustiii...
Mungkin dengan cara ini kau menghukum kami
Yang kadang sering iseng-iseng dengan alam-Mu
Yang kadang setengah hati mensyukuri segala anugerah-Mu

Duh... Gustiii...
Mungkin beginilah cara-Mu, menentukan nyawa kami
Mengakhiri tugas kami diatas bumi-Mu
Tugas suci yang kadang kami jadikan main-main
Dengan menumpuk-numpuk dosa kami secara sadar dan dibawah sadar

Mungkin beginilah caramu menegur kami
Yang terlalu congkak berjalan diatas mayapada-Mu
Terlalu lelap dengan nikmat dunia
dan Setengah hati menyembah-Mu

MasyaAllah...Mungkin sekarang saatnya kita berkaca
Bahwa kita kotor dalam raga kita yang kita anggap bersih
MasyaAllah...Mungkin sekarang saatnya kita mulai berfikir untuk membalas
Membalas dengan sedikit ibadah, atas nikmat-Nya yang beitu banyak

Maaf kami mungkin terlambat Tuhan...
Kami yang selalu menyerapah dan bertanya-tanya
Darimana...? darimana...? darimana kami mulai bersyukur...?
Kami bodoh Ya Allah... kami yang pandir Ya Allah...

Padahal saat kami terbangun dari tidur kami, dengan nafas yang masih berhembus
Dua tangan ini masih kokoh menempel pada badan kami Ya Allah
Sepasang kaki, mata, hidung, mulut dan semuanya masih normal
Disinilah kami harus memulai bersyukur...

Ya Allah...
Mungkin dengan bencana disana-sinilah
Caramu mencabut kesombongan, kemunafikan, keiseng-isengan kami, kekufuran kami dari ubun-ubun dan hati kami
Yang sudah kadung mengakar, tumbuh dan menjadi benalu pada fikiran kami

Kau sudah garuk kami, Kau tempeleng kami dengan sakit kepala dan meriang
Tapi hanya disaat seperti itu saja kami menyebut asma-Mu
Kami selalu mengulang - ulang dosa kami
Kami selalu membuat-Mu berang dengan tingkah laku kami

Nampaknya manusia-manusia tak kunjung sadar dari kekhilafanya
Alih-alih kami taubat, kami malah semakin asyik dengan dosa-dosa kami
Begitu rajin kita mengumpat, berzina, korupsi, memfitnah
Klimaksnya banyak manusia yang menyekutukan-Mu, dengan keduniawian

Wewanci, dan weworo yang Kau berikan tak pernah kami indahkan
Kami terlelap Ya Allah, kami hanyut Ya Allah,...
Dengan harta, wanita, kuasa, harta, wanita, kuasa
Yang tidak sadar semakin menjauhkan kami dari-Mu Ya Allah

Kami berlomba-lomba menumpuk harta dengan cara-cara yang tidak halal dan melupakan-Mu
Kami sibuk dengan urusan dunia kami dan lupa dengan urusan akhirat kami Ya Allah
Dunia menjadi kewajiban dan nomor #1, sedangkan keRabbanian jadi nomor #2
Begtiu hinanya kami Ya Allah...

Kini hanya dengan satu isapan jempol, satu kedipan mata-Mu
Allah mengakhiri, menghabiskan, semuanya, semudah Kau memberika-Nya
Harta kami yang tak seberapa, yang menjadikan kami sombong
Raga kami yang tak seberapa gagah/cantik, yang emnjadikan kami tak beriman

Kau lumat, luluh lantahkan...
Kesombongan, kecongkakan kami,...
Dengan wabah penyakit yang menistakan dan menderita

Banjir,

Puting beliung,

Tsunami,

Gunung meletus,

dan Gempa,

hancur...hancur..hancur...
Semuanya hancur...bahkan rumah 3 Milyard dan kecoa-kecoanya yang kami banggakan
Segalanya hancur...bahkan mobil sport termahal pun tak mampu melindungi kami dari murka-Mu
Kesombongan dan kepongahan kami, diusap, digaruk, ditampar muka kami dengan bencana yang menghancurkan

Ya Allah... Ya Tuhan kami...
Dimana kami kan bersembunyi dari murka-Mu
Selain dalam cinta kasih, dan ridho-Mu yang tak terbatas

Ya Allah kini hamba bersimpuh, duduk, berlutut di depan-Mu
Memohon dengan do'a, semoga sampai di haribaan-Mu
Kami mengais-ngais sisa-sisa kasih sayang-Mu
Akhiriilah penderitaan di Negeri kami

Akhirilah..akhirilah...akhirilah Ya Allah
Telah cukup ibu Pertiwi ini menangis
Sudahilah...sudahilah...sudahilah...Ya Allah
Telah cukup kami menanggung akibat dari dosa & kelalaian kami

Laaillahailla'anta Ya Allah...
Hanya Kepada-Mulah kami menyembah dan Hanya Kepada-Mulah kami memohon pertolongan...
Amin...Amin...Amin...Ya Robbal Alamiin...

***

"Lihatlah Akibat Jika Kita Mulai Main-main dengan Tuhan"


_______________________________________________________________________________________________
* * *

JAMAN WIS AKHIR

Jaman wis Akhir, Jaman Wis Akhir
Bumine Goyang Jaman wis Akhir,
Jaman Wis Akhir Bumine Goyang
Akale Njungkir, Akale Njungkir, Pikirane Nglambrang

Wolak-walike jaman sa'iki, Banyak Orang Gila, dianggap Kyai.
Semakin Gila, semakin menjadi Bertambah mini, Jarene Seni.

Semakin aneh, ulah manusia, banyak jalan terang,
milih jalan sunyi Dunia Nyata, malah nggak peduli, malah do' mikir dunia Memedi.

Jaman wis Akhir, Jaman Wis Akhir
Bumine Goyang Jaman wis Akhir,
Jaman Wis Akhir Bumine Goyang
Sing buri mungkir, rasah dipikir sing penting Goyang

Jaman wis Akhir, Jaman Wis Akhir Bumine Goyang
Jaman wis Akhir, Jaman Wis Akhir Bumine Goyang
Kakehan mikir, kakehan mikir, Kakehan Hutang!

***

"Lihatlah Akibat Jika Kita Mulai Main-main dengan Tuhan"

Sabtu, 30 Oktober 2010

Hari Yang Lain Di Surga (Another Day In Heaven)


Ditulis oleh Edi Siswoyo
Diunggah oleh Edi Siswoyo


Apa kabar… kegelisahan…?
Aku yang mengunjungimu melalui kata
Kau juga… Kesedihan…?
Aku yang mengeja-mu seraya air mata

Hitammu… yang malam gelap berikan
Ceritamu… yang alam bisikan
Sumpahmu… yang angin dan laut ucapkan
Cintamu… lantang menyerapah pada hatiku

Kini kau dan aku saling hilang
Menurutkan kaca, saling bilang
“Aku surgamu, kau surgaku”
“Perpisahan itu nerakamu, nerakaku”

Mari genggam jalin erat tanganmu pada tanganku
Pagutkan mimpimu pundaku
Mari kita temukan hari baru
Hari Yang Lain di Surga

Mari, jamahlah sayapku
Kujamasi kesedihanmu, dan kita saling muksa dalam keabadian
Mari, cium penuh bibirku
Kuulangi kebahagian, dan kita sama mengabdi pada kesejatian

Iya…iya… ini masih ada pada tanah hati
Senyumu yang tersungging tulus
Iya… iya… ini sudah kuambil dari mimpi
Kusimpan, ucapan cintamu yang bak pedang menghunus

Beda adalah tangisanmu pada roh malam nan gelap
Bila kita perbincangkan semuanya hingga lelap
Rindu, cinta, Tuhan, dan hari yang lain di Surga
Menjadikan semuanya keinginan dalam do’a semata

Aku menoleh pada jiwamu yang menobatkanku, bijaksana
Dengan mata telanjang akan kuambil mahkota, dari tahtamu
Karena aku yang terpilih untuk berlutut didepanmu
Menyahut segala sabdamu, untuk memimpin surgaku, surgamu

Akan kulanjutkan langkahku, menuju kau yang bijaksana
Jiwamu yang terpencil akan ku pingit dalam pandangan
Telah tibalah masa kita menatap jantung malam bersama
Mengiba pada Kekasih Yang Sejati (Tuhan), dan memaksa-Nya agar dapat kita ambil senyum-Nya

Inilah yang kuingat dalam ketidakadaran, bahwa semuanya untukmu
Kucuri permata inti samudra, saat dewi-dewi terlelap tidur
Dan pantai yang sedang mabuk, menerimaku dalam bisu
Lalu kupersembahkan semuanya keharibaanmu

Lihatlah kekasihku, semuanya sedang terhenyap dalam tipuan malam
Terlelap dalam buaian nan alpha, mereka tak mengerti tentang sesuatu yang dalam
Tentang hari yang lain di Surga, Tak sekali jua mereka faham
Dalam rengkuhan dan pangkuan Kekasih Yang Sejati, bukan malam

Sayang seribu kali sayang, aku terjaga sendiri
Menghalau malam mengumpulkan kekuatan
Sesekali berpanjang desah nafas, sesekali berdendang tentang hati
Sayang, aku tetap terjaga, agar dapat melihat wajahmu yang tanpa topengan

Sayang seribu kali sayang, aku tak kunjung bersedih hati
Aku kan pemuja cinta sejati, dengan kebenaranya yang perkasa
Sesekali kepedihan pun terbalas seraya cahayamu nan hakiki
Sayang, aku bayang-bayang dewa mengitar pada mayapada

Sang Pecinta akan abadi bersama kekasihnya
Dipingit dalam kesejatian & keabadian oleh Kekasih Yang Sejati (Tuhan)
Tidak jua menari dan menangis lagi diatas altar kepedihan dan siksa
Semuanya Abadi... Abadi... Abadi, Suatu hari kelak


Di, Hari Yang Lain Di Surga
In, Another In Heaven...



Disadur Penuh dari Laman Otak yang terkontaminasi virus Gibranisme, Rendraisme, Sudjiwotedjoisme, Jancukisme :

"Bebaskan hati & otakmu untuk memilih apa yang ingin diejahwantahkanya melalui mulut dan tanganmu, lalu lihat dan biarkanlah dunia akan memandang & menilai kita penjahat atau bestari seperti apa, sawang sinawang," Oleh. Edi Siswoyo

Sabtu, 23 Oktober 2010

TOHIDIN TOIPAH - Episode 4 : Toipah Membalas Surat Tohidin


Ditulis Oleh Edi Siswoyo
Diunggah Oleh Edi Siswoyo

Villa Kerinduan, Tanggal Sekian, Bulan Sekian, 2010

Untuk Mas Tohidin
di Rumah masing-masing

Waalaikumussallam Wr, Wb.

Selamat malam Mas idin...Alhamdulillah Ipah ga bingung...mengucapkan Gretting Soalnya pas banget mommentnya, kebetulan sudah 3 hari ini lagi gerhana mati lampu jadi siang malam dikamar ipah gelap terus, biasalah Kalo kata Upin ini PLN punye ceritelah,,,alesanya klise gardunya mati kebakar, kalo gardunya mati opo iyo seminggu matinya 3 hari sekali,berarti kalo rusaknya 3 kali setiap minggu, harus di perbaiki 3 kali dalam seminggu, Biaya Operasionalnya bisa mbengkak dong...makanya kita tidak boleh telat bayar, sekali telat...gak pake ba...bi...bu... langsung dicabut meteran kita.

Semoga Mas idin dalam keadaan sehat wal afi'at... Kata Tariceng, Mas jarinya Cantengan, benarkah itu Mas...?semoga cepat sembuh...kalo gak sembuh-sembuh diamputasi aja Mas....

Menindak lanjuti surat Mas Idin dimalam 17 pekan lalu, Ipah disini pengen meluruskan anunya Mas Idin...Maksudnya Persepsi/Anggapan/Pengijrahan Mas Tohidin tentang diriku ini, surat Mas idin sengaja Ipah kembalikan dirumah banyak tikus..takut kalo surat yang sangat berharga, sama berharganya seperti surat Supersemar yang sekarang Muksa raib tanpa jejak dikentit bumi, atau siapa...Ipah gak amu surat itu bernasib sama.

Ipah rodo-rodo mau protes sedikit, apakah Mas idin sudah lupa siapa Lurah kampung mas...?Lurah Hardjopranoto Lurah kampung Blarak Sempal itu kan Bapaku Mas..., dan selama Ipah tahu kayanya Bapak tidak pernah ngomongin masalah dana yang di-he'eh itu sama Ibu, Maklumlah Mas mereka kan jarang ketemu, Bapak sibuk dengan kegiatan Protokoler kelurahan, dan Ibu juga sibuk arisan dengan ibu camat, ibu RT, Ibu Tukang Jamu, dan ibu-ibu yang lain.

Wajar ya Mas, aku juga wanita yang sensitif kaya Pak Beye,denger mau diadili di-Londo mutung demi harga diri Bangsa ga jadi berangkat, dikunjungi para petani di istana mewek, datang ke sinabung mewek, datang ke wasior mewek , sensitif itu juga bagus kan yah Mas...?Asal meweknya sambil bawa bantuan dan ada tindakan, bukan sekedar mewek, anak kecil juga bisa...mewek.



Mungkin Bapak beda,,,dia bukan Lurah yang Korup/KKN , tapi utangnya memang banyak Mas,,pas ikut pemilihan dulu...Bahkan masih ada dukun yang sering bolak-balik kerumah jarene check-nya sudah 2 tahun belum bisa dicairkan...yoooo...waktu itu dibayar pake check sama Bapak.



Mas idin...Alhamdulillah pula berkat do'anya Mas...Tariceng sahabat kita ternyata masih Pirjin (Virgin), itu juga Maaaasss...tesnya ya ampun... sampai ke 10 Dokter, 10 Tabib, 10 Paranormal, dan semuanya menyatakan Tariceng masih pirjin, mugkin itu karena Tariceng ikut fans clubnya De Pirjin / Pirjinity, yang salah satu syaratnya harus aanggotanya harus masih pirjin jadi Toipah nekat mempertahankan mati-matian ke-pirjin-anya.

Tapi, dokternya bilang "Hati...hati...ya nduk jangan sampai mobil sedan sport BMW, yang velgnya full plat thitanium, 18" kalo yang itu ga jamin katanya",.



Mas Idin...Oh..mas idin...


Ipah pery-pery eksaited and pride about your intention/ke-Nekad-an mas idin itu lhooo....ipah sangat apreciated that....!

Maaf ya Mas kalo Bahasa English ipah rodho-rodho acak adul acak kapreett... Maklum yo mas..ini juga diajarkan adiku jendol....

Tapi, dari tadi Jendol ini lho Mas...Ngajarinya terlalu deket, nempel-nempel, nyenggol-nyenggol Ipah....iiiihhh...Ipah jadi geliiii Mas...sudah dibilang jangan nyruduk-nyruduk sekarang nyenggol-nyenggol... Kaya algu jaman kita kecil dulu... "Pete Petiiiirrr...Kedaung Jengkoool...Pengen Bathir Nyenggol-nyenggol" .

Mas idin...Jangan teriak-teriak yahhh...kalo baca sing ngisor iki.. yang bawah ya Mas...Lihatin yang bener...


"Setalah Membaca, Menimbang, dan Memutuskan"

Ipah gelem banget dadi pacare Mas idin.....

Sekarang Mas idin benar-bener Merdeka...Silahkan Mas Proklamirkanlah kemerdekaan mas...jadilah founding father Of Love dalam hati Ipah...ipah sudah membebaskan Mas...sudah ndak mengocok-ngocok, mengacak-ngacak, mengicik-ngicik,anunya...ehhh..perasaanya mas idin lagiii...jangan bingung lagi montang-manting...clangak-clinguk.. ngalor ngidul... diamlah dalam hati ipah saja Mas...,



Percayalah Mas...sebenarnya Ipah pun sudah lama merasakan rasa mak...kleserrrr...kleserrrr...kleserrrr..., Pengen Ipah nyatakan tapi, apa iya aku kan cewe Mas..Moso...Nembak duluan....

Pernah Ipah Nekad ingin menulis Surat tanda perkenalan tapi baru nulis "Panggil aku ipah.." aku wis bingung dewek Mas...hehehehe...

Trus Ipah mencoba melukis wajah Mas Idin dengan harapan biar nanti kalau jadi, aapppiiikk... mau ipah taruh dilaci Mas Idin...,biar Mas kaget nanti..dan bertanya-tanya siapakah yang melukis wajah Mas...?Yoooo...Boso Gaule SURPRISE-lah Mass...

Tapi ,tiap ipah mbayangin wajah Mas Tohidin...dan meng-reality-kanya dalam lukisan pasti jadinya tokoh punokawan Bagong.

Habisss....Typical Face dan Perawakan Mas Percis banget sama tokoh Pewayangan Bagong, Hidung Mas idin yang Guede Bulet, Mata mas idin yang Ro.Tot (Rodo Mlotot), Rambut Mas idin yang keriting kaya mie instant dan cuma tumbuh se-senti , Perut Mas yang Buncit, Badan Mas yang Maaf...Rodo Kurang Nduwur (Bogel), Warna Kulit mas yang hitam, kalo yang ini Ipah Maklum, Mas kan punya sight job Jadi Bocah Angon Selain sebagai Pelajar..Bener khan Mas...?

Jadinya ya gitu itu...ipah kesel akhirnya kertasnya tak untal-untal ae... eh... maksudnya untel-untel Mas..., Trus ipah buang dehh...

Tapi, tenang aja Mas...walau hidungmu tak semancung Leonardo D'caprio, Mata Mas tak seindah Artis Korea Lee Myung Bak...eh itu Artis apa Presidenya yah Mas...?Kalo Presidenya Lee Min Hoo yah...?(Habis Presiden kalah lngetop dengan artisnya...hehehe...) apa karena ipah kebanyakan nonton drama korea yah mas..jadi bingung hehehe...?, dan walaupun badan Mas tidak seseksi Justin timberlake, Muka Mas tidak se-cute Justin Beiber...Perasaan Ipah ga bakal berubah untuk Mas Tohidin seorang.

Meski secara fisik tampak depan, tampak belakang, dan dari berbagai angle Mas kurang sana sini, ini itu....

Ipah selalu sayang Mas idin...

Karena,"Kelebihan yang tidak disyukuri dan menjadi takabur karenanya adalah Kekurangan, Tapi Kekurangan yang Disyukuri dan disadari , dengan sedikit usaha bisa jadi kelebihan", kita akan saling melengkapi Masss....Bersimbiosis Mutualisme...

Cinta tak cukup hanya sekedar fisik...fisik.. dan fisik...karena yang itung-itungan dan tawar-menawar itu bukan cinta,yang kayak gitu-gtu itu...cuma pedagang di pasar, kalau bilang aku cinta kamu karena kamu 1 titik, titik, titik..., 2 titik, titik, titik..., 3 titik, titik, titik..., tapi Ipah beda Mas...beda...beda...beda... tulus sayang sama Mas Idin,.


Oh iya...Ipah Sangat tersanjung sekali dengan puisi Mas Tohidin...Kapan - kapan kalo ada waktu kita janjian di pinggir kali...Ipah Pengen nglihat Mas Idin Mbacain Puisi "Sajak Untuk Sebuah Nama" itu, Pas Neng Arip Raiku Mas...Raimu mau kan yah Mas...Please For Me...???I Adore You...

Cukup Sekian saja Mas surat balesan dariku...Mas jangan kebanyakan nasi aking yah...?lawong Pak Presiden aja gak mau makan, ko Mas idin makan nasi aking terus..., eh...tapi dulu sebelum pemilihan presiden ada Ca-Pres yang mau makan nasi aking lho Mas..., sayang..dia gak kepilih..., itu loh Mas...yang dari "Partai Sedulur Papat, Kelimo Pancer" (Partai Hati Nurani).


Tolong jaga amanat Tuhan yang suci ini ya Mas, agar senantiasa di Ridhoi-Nya....Semoga Pas 100 Hari Bersatunya cinta kita, Gak ada Goro-goro, gak ada unjuk rasa Besar-besaran, Gak ada Tabung Gas Meledak lagi, Gak ada Perampokan bersenjata, Makanan Instant yang katanya dilarang,katanya..., Kyai yang katanya difitnah,katanya...,Tawuran sana sini.

Sampai ketemu besok ya Mas...ditempat biasa.

Terima kasih, tidur yang tenang yah Mas Bagong ehhh...Mas Tohidin Cintaku...

Kamis, 21 Oktober 2010

Balada Punokawan Episode 1 : "Sore di Pojok Kampung Mugomakmur"


Ditulis Oleh Edi Siswoyo
Diunggah Oleh Edi Siswoyo


Disore hari yang cerah dengan angin yang semilir - silir,bulir-bulir senja riap-riap menghampiri atap-atap, dan tak lupa mengecup dedauanan, bunga-bunga disela-sela gang yang nampak cemburu, eksentrik sekali sore ini, begitulah Tuhan begitu adil membagi semburat kemuning kuning senja yang mengecualikan bayangan pada sisi yang pernah mengadahapnya dikala pagi, begitulah Tuhan mengajarkan tentang keadilan dengan senja sore,keadilan yang berhak diterima oleh semua makhluk kecuai yang menolak, terus berserapah "Tuhan tak adil padaku...".


"Sore di Pojok Kampung Mugomakmur"


Gareng kelihatan sedang sibuk ngajak ngobrol Bagong dilapangan Bulu tangkis di belakang rumah Pak RT Besutkarno, dengan segelas kopi, dan sebatang rokok yang hampir habis, biasalah joinan padahal Bagong tau kalo si gareng itu masih suka kumat-kumatan asmanya, (yang satu ini jangan dianggap budaya asli kampung Mugomakmur, budaya joinan itu muncul dari kebiasaan masyarakat ingkrak-ingkruk yang suka gotong royong, jadi kalo korupsi ya joinan juga..).


Suara mas iwan yang sudah fals jadi semakin cempreng keluar dari radio transistor jaman jepang merk ANUSONIC, Gareng ikut hanyut bernyanyi :


"Relakan yang terjadi takkan kembali
Ia sudah milikNya bukan milik kita lagi
Tak perlu menangis tak perlu bersedih
Tak perlu tak perlu sedu sedan itu
Hadapi saja."



Maklum Gareng adalah penggemar sejati Mas Iwan Fals yang biasa disebut O.i, hampir semua lagu dalam album-albumnya Mas Iwan mereka hatam semua Pesawat Tempurku, Kemesraan, Ibu,Menunggu Ditimbang Malah Muntah’,Galang Rambu Anarki‘,Coretan Dinding’‘,Mata Indah Bola Pingpong’, ‘Surat Buat Wakil Rakyat’,Kereta Tiba Pukul Berapa’, ‘Semoga Kau Tak Tuli Tuhan’, ‘Puing’, ‘Jendela Kelas I’, Siang Pelataran SD Sebuah Kampung’,‘Celoteh Camar Tolol.‘Sore Tugu Pancoran’dll.


Tapi dari semua lagunya mas iwan fals gareng paling suka lagu yang berjudul "Hadapi Saja" lagu ini pernah tampil jadi semacam motivator dalam sebuah sesi cerita kehidupan gareng.


Ya...kadang keyakinan utawi motivasi itu tidak selalu datang seorang motivator handal, yang biasa kita tunggu acaranya seminggu sekali di layar tivi, tapi yo kadang..kadang..jawabane ra nyambung, dan membuat para hadirin mengangguk dan bertepuk tangan pura-pura mengerti padahal tidak.


Kala itu gareng menerima kenyataan bahwa pujaan hatinya, Sumi yang kerja jadi TKI di Negari jejiran sono gugur menjadi pahlawan visa di luar negeri, dan Gareng di dalam negeri jadi Pahlawan Ceplas-ceplos Nasional.


Pasangan yag pas seperti nasi goreng dan udara dingin serta rintik-rintik hujan dimalam hari, apalagi ditraktir, mak benenet di perut.


Sore itu Gareng benar – benar hampir putus asa menghibur saudaranya Bagong dari mulai ndagel, nembang, njoget, sampai ataraksi sulap, tapi gareng tetap murung.


Gareng : “Kamu itu kenapa toh Gong...Bagong...” Tanya gareng


Bukanya dijawab Gareng malah nendang kaleng biskuit bekas, deeennngg…tendangan mlengkung pisang persis, mirip banget plek… koyo tendangane Roberto Carlos, dan si kaleng naas itupun entah melayang kemana.


Gareng kaget bukan main, sama kagetnya kaya Badan Pengawas Tetamba dan Pepangan, Menteri Urusan Panganan, dan Menteri Kewarasan mendengar makanan – makanan instant katanya mengandung zat-zat berbahaya, dirazia sana – sini, ditarik dari pasaran.


Suasana tambah runyem dengan pemberitaan media bahwa Mbok jem yang gayanya ke-londo-londoan dan hobbinya makan – makan yang serba instant dan paling ogah ke pasar tradisional ternyata mati, saat sedang menikmati sarapan pagi dengan sepiring mie goreng instant, tapi setelah olah TKP ternyata Mbok jem diketahui ngelegleg sendok garpunya, Critane.."pas lagi asik makan ditubruk kucing Mbok jem kaget yowis…makcleeep masuklah sendok kemulutnya, sayangnya cuma sampai leher sendok itu terhenti”Begitulah berita yang Gareng baca dari Koran ,tadi pagi” jadi headline paling tengah atas bertuluskan"KUCING NGIRI ,LIHAT NENEK-NENEK DOYAN MIE INSTANT, DITUBRUK SI NENEK KAGET , SENDOKNYA DI TELAN MATI DAAHH...".


Tidak disangka ketulusan dan kebaikan Gareng dalam rangka menghidupkan suasana gembira dalam hati bagong di balas dengan tendangan kidal mlengkung pisang pada sebuah kaleng.


Tapi Gareng tidak lantas kesel, nesu, mutung, atau ngambek dengan kelakuan Bagong, sebaliknya dia malah bergembira dapat hiburan gratis…nglihatin Bagong sing ora gagah mrengut, Gareng jadi semakin yakin saudaranya itu ra gagah tenan…"Gareng terkekeh - kekeh…".


Gareng :Ngomonge toh Gong...?kamu habis diseneni Ndoro Bima?Apa kalah maen gaple..?Apa kamu konangan maling Pete...Ngomong Gong...Ngomong....??


Bagong masih tetap tertdiam mematung, Gareng jadi mengupas seribu tanya dalam otaknya..apa iya... Bagong lagi Ngrogo Sukmo jiwa Bagong sedang pergi meninggalkan raganya yang kini hayat, nengokin temennya yang sedang terkena musibah di wasior secara kasat mata, atau sedang diutus oleh Ndoro Bima ikut jadi Team Pencari Faktanya Pak Kyai yang konon katanya lagi kena fitnah..."Ckckck...Bagong...Bagong..."Gareng Berucap.


Diluar dugaan Gareng, Bibir bagong yang tadi bungkam akhirnya bergeming"Reeennnggg...." ucap Bagong


Gareng yang sedang duduk membelakangi Bagong sedang uasekk...(asik) Nyruput kopi...kaget bukan kepalang, kepalang sudah nempel, yawis...Kopi yang sudah masuk setengah mulut, dengan reflek disemburkan Gareng, maklum hampir 3 jam Gareng hanyut dalam suasana wingit karena Bagong yang cicing wae,,,.


Bagong :"Reng...Romo Semar terancam batal jadi Pahlawan Nasional Negara Ngamarta, Polling SMS untuk Romo minggu ini menurun drastis...".


Gareng :"Ko bisa Gong...Padahal aku sudah mengkoordinir...SEMARNIZER, SEMAR FANS CLUB (SFC), SEMARSCHOLIQUE...seantero Negeri untuk memberikan SMS dan terus mendukung Romo Semar..tapi yo si kholik anake Pak Wahid memang ra gelem ngei dukungan"


Bagong :"iyoo...padahal minggu kemarin penampilan Romo di AMP (Amarta Mencari Pahlawan Season II) yo ga buruk-buruk amat...cuma karena baju Romo tidak ada kancingnya, Romo di komen habis-habisan...kaya Status Tweet Selebritis Cakil Bleber yang langsung jadi trending topic...Padahal dari dulu kan ponokawan pakainya Rompi tok...nek ga yo malah ra klambian..."


Gareng :"Hmmmm....aku jadi mikir Rong...apa karena sudah 3 besar yah jadi tinggal yang bagus-bagus...jadi juri kehabisan kata untuk menilai kekurangan...kontestannya...jadi rambut yang nylewer yo di komen...katanya jadi kurang perfectlah...inilah itulah..tapi ujung-ujungnya,,,bilang,,,"Tapi Overall Bagus..."berarti ora ana sing elek duonkkk..hahahahaha..padahal sendirinya pas Kameranya di Zoom ada upil di hidungnya ga kerasa...huahahahha..."


Gareng dan Bagong Terkekeh-kekeh bersama...sambil memegang perut mereka masing-masing.


Belum selesai dua saudara itu tertawa riang sambil sesekali menabok-abok glugu yang jadi tempat duduknya, terdengar pekikan teriakan seperti suara ibu-ibu, dan tangisan anak kecil, ternyata diujung lapangan minton benarlah muncul seorang ibu dan anakanya yang nampak benjol , menjutu, mecucu, kepalanya si anak memegang kaleng biskuit bekas dan si ibu memegang alu (alat penumbuk) yang diacung-acungkan kearah Gareng dan Bagong.


Kemudian Gareng Menjawil Bagong, Gong...dulurku sing paling elek...Koe Pasti nduwe ide sing sama kaya aku...?bisik Gareng


Kemudian mereka berdua berteriak "Mlaayyyyuuuuuu........", Gareng dan Bagong lari tunggang langgang.


Dicomot tidak lengkap dari Otakpos, Kolom Y'OMG!, Wayangprabu dot com,.

Minggu, 17 Oktober 2010

“Sajak Untuk Sebuah Nama”

Selamat malam bintang
Apakah kau marah padaku malam ini?
Hingga benderangmu tak menjumpaiku, malam ini
Dipantai, diberanda rumahku aku tak menemukanmu

Pada dirimu...bintang
Apa yang hendak kau pinta dariku
Kidung nan merdu atas namamu
Biarlah malam memberi gelap kelabu
Sedang kaulah benderangku

Pada dirimu...bintang
Apa yang hendak kau ceritakan padaku
Jika rindu mengharu biru itu hadir dariku untukmu
Biarlah aku yang bisu hilang dan beku
Sedang namamu menjamasi hatiku

Aku menattomu ditanganku
Agar aku tak memohon lagi untuk mengambil sedikit sinarmu
Aku cucukan penaku pada hatimu
Agar semua kata yang ku tertulis terilham darimu

Inilah ungkapan rasaku
Inilah permohonan bodohku
Inilah makna dari selaksah ketidakjelasan dari sudut hatiku
Inilah rasa yang langgeng hayat dalam jiwa tak terucap dari bibirku
Inilah tuturan dalam kesadaran dan keabadianku

Untuk sebuah nama, bintangku
Untuk sebuah nama,bintang…benderangku
Untuk lirih suaraku, jawablah pertanyaanku?
Untuk damai jiwaku, aku hanya memohon pada percayaku?

Jika jalan itu ada tunjukanlah padaku
Jika rasa itupun kau rasakan sambutlah aku
Jika tak ada waktu untuk menghiraukan cintaku
Setidaknya tahulah“Bahwa, aku..aku..cukup bahagia dengan senyumu”

Jika itupun tak cukup
Biarlah kematian yang akan menilai dan menakar semuanya
Karena benih dari lagu-lagu jiwaku takan pernah kau temukan dalam kehidupan
Semuanya tak ada nilai semasa hidup sebelum aku mati
Biarkanlah bibir kematian yang akan mengungkapkan semuanya

Demikian yang mampu kuturkan
Andai engkau ingin tahu kebenaran itu
Hanya dalam kalbuku saja semuanya tersimpan
Lebih dari yang mampu kutulis dalam kertas ini
Karena dalam palung hasrat terkandung lebih banyak definisi
Ketimbang yang tergenggam dalam tangan dan yang keluar dari kesepakatan lidah dan bibir ini

Ambilah semuanya jiwa dan hatiku
Ciumlah semuanya raga dan cintaku
Aku sungguh-sungguh tak bisa tidak mencintaimu
Aku tak sadar, aku hilang dalam senyummu

Tak lebih besar inginku Jika kau tak bisa menyambut esok bersamaku
Semoga setiap malam kan kutemukan wajahmu yang berbinar bintang
Sementara kau berprasangka ruang jiwaku gulita
Yang kau tak tahu sinarmu berpendar mengisi sudut-sudutnya
Dan diiakhir musim ini biarlah kuambil sedikit sinarmu,bintang

Untuk sebuah nama, bintang…
Aku masih berfikir dan terus berfikir
Tak akan pernah berhenti menyayangimu
Kau…kau…saja, bintang…benderangku

Untuk sebuah nama, bintang
Aku tak akan lelah mengatakan "aku sangat mencintaimu"
Selama waktu masih memberiku banyak kesempatan
Untuk sebuah nama, bintang

Aku akan terus mempersembahkan semua pengorbanan pada altar hatimu
Semoga tiupan angin-Nya akan membukakan pintu rahasia hatimu
Untuku...untuku...untuku...bintangku...

Rabu, 13 Oktober 2010

TOHIDIN TOIPAH Episode 3 : Bukan puisi, dari hati untuk toipah


Ditulis Oleh Edi Siswoyo
Diunggah Oleh Edi Siswoyo

Setelah menyeka keringatnya dengan sapu tangan warisan almarhum bapaknya KI KUSUMA WIDJAJA(karena cuma itu yang bapaknya wariskan selain hutang dan terbukanya rahasia bahwa ternyata tohidin bukan anak tunggal,saudara tirinya banyak, ternyata...), Tohidin gontai melangkah menuju panggung, Seperti caleg/pejabat saat pawai, yang terpaksa tersenyum agar terkesan ramah (bahasa infotainmentnya Ja.Im : Jaga Imej), padahal imej/anggapan terbentuk bukan karena paksaan semuanya adalah proses refleksi otomatis dari tingkah laku manusia yang sebenarnya, bukan bikinan alias digawe-gawe,tohidin pun melakukan hal yang sama, tersenyum sekedar penghalau menutupi rasa bingunganya, yang nyatanya tak mampu menutupi apa yang tersirat dalam hatinya, setelah tohidin diatas panggung, kemudian sang MC memberikan mic-nya ke tohidin, seperti tak kuasa memegangganya karena rasa gemetar yang dirasakan, tohidin akhirnya menaruh mic pada standmic yang tepat berada didepannya, kemudian tohidin mengucapkan beberapa kata pembuka “Assalamualaikum wr, wb, Selamat siang dewan juri yang saya hormati, dewan guru yang saya patuhi, dan teman-teman sekalian yang saya cintai, terima kasih telah memberikan saya kesempatan untuk membacakan karya saya…puisi saya, yang saya tujukan untuk seseorang yang berada disini…dan semoga bisa mewakili perasaan teman-teman, yang sedang merasakan hal yang sama saya rasakan..”(Sok Bahasa Indonesia tapi logat tegale masih kentel nemen kaya kueeee…), Kemudian tohidin menundukan kepalanya entah berdoa atau sedang membaca mantra sirep,tohidin terbatuk kecil dan membuka gulungan 2 kertas lusuh ditanganya kemudian dia mulai membacanya :


“Sajak Untuk Sebuah Nama”

Selamat malam bintang
Apakah kau marah padaku malam ini?
Hingga benderangmu tak menjumpaiku, malam ini
Dipantai, diberanda rumahku aku tak menemukanmu

Pada dirimu...bintang
Apa yang hendak kau pinta dariku
Kidung nan merdu atas namamu
Biarlah malam memberi gelap kelabu
Sedang kaulah benderangku

Pada dirimu...bintang
Apa yang hendak kau ceritakan padaku
Jika rindu mengharu biru itu hadir dariku untukmu
Biarlah aku yang bisu hilang dan beku
Sedang namamu menjamasi hatiku

Aku melukismu ditanganku
Agar aku tak memohon lagi untuk mengambil sedikit sinarmu
Aku cucukan penaku pada hatimu
Agar semua kata yang ku tertulis terilham darimu

Inilah ungkapan rasaku
Inilah permohonan bodohku
Inilah makna dari selaksah ketidakjelasan dari sudut hatiku
Inilah rasa yang langgeng hayat dalam jiwa tak terucap dari bibirku
Inilah tuturan dalam kesadaran dan keabadianku

Untuk sebuah nama, bintangku
Untuk sebuah nama,bintang…benderangku
Untuk lirih suaraku, jawablah pertanyaanku?
Untuk damai jiwaku, aku hanya memohon pada percayaku?

Jika jalan itu ada tunjukanlah padaku
Jika rasa itupun kau rasakan sambutlah aku
Jika tak ada waktu untuk menghiraukan cintaku
Setidaknya tahulah“Bahwa, aku..aku..cukup bahagia dengan senyumu”

Jika itupun tak cukup
Biarlah kematian yang akan menilai dan menakar semuanya
Karena benih dari lagu-lagu jiwaku takan pernah kau temukan dalam kehidupan
Semuanya tak ada nilai semasa hidup sebelum aku mati
Biarkanlah bibir kematian yang akan mengungkapkan semuanya

Demikian yang mampu kuturkan
Andai engkau ingin tahu kebenaran itu
Hanya dalam kalbuku saja semuanya tersimpan
Lebih dari yang mampu kutulis dalam kertas ini
Karena dalam palung hasrat terkandung lebih banyak definisi
Ketimbang yang tergenggam dalam tangan dan yang keluar dari kesepakatan lidah dan bibir ini

Ambilah semuanya jiwa dan hatiku
Ciumlah semuanya raga dan cintaku
Aku sungguh-sungguh tak bisa tidak mencintaimu
Aku tak sadar, aku hilang dalam senyummu

Tak lebih besar inginku
Jika kau tak bisa menyambut esok bersamaku

Semoga setiap malam kan kutemukan wajahmu yang berbinar bintang
Sementara kau berprasangka ruangku gulita
Yang kau tak tahu sinarmu berpendar mengisi sudut-sudutnya
Dan diiakhir musim ini biarlah kuambil sedikit sinarmu,bintang

Untuk sebuah nama, bintang…
Aku masih berfikir dan terus berfikir
Tak akan pernah berhenti menyayangimu
Kau…kau…saja, bintang…benderangku (sambil menunjuk kearah toipah…)

Untuk sebuah nama, bintang
Aku tak akan lelah mengatakan "aku sangat mencintaimu"
selama waktu masih memberiku banyak kesempatan

Untuk sebuah nama, bintang
Aku akan terus mempersembahkan semua pengorbanan pada altar hatimu
Semoga tiupan angin-Nya akan membukakan pintu rahasia hatimu
Untuku...untuku...untuku...bintangku...

Terima Kasih….

Disambut dengan tepuk riuh dewan juri, para guru, dan para penonton, kemudian sang MC Tarjo mendekati tohidin dan memberikan selembar tissue, untuk menyeka keringat dan airmata tohidin dan berucap “Sing sabar ya din…jangan berputus asa”, kata-katanya seperti menguatkan tohidin, tapi tidak lama dia langsung memeluk tohidin dan menangis sambil menggumam “din…din…puisimu itu seperti ungkapan hatiku…pada karo apa sing tak rasakna atine enyong saiki…aku naksir tariceng wis 3 taun…tekan saiki wis arep lulus durung diterima…huk.. huk.. huk..”. Tohidin berusaha tenang dan mencoba menguatkan tarjo salah satu teman dalam organisasi OSIS-nya “Sing sabar ya jo…jangan berputus asa...koe durung terima mungkin durung dikirim karo tariceng...”, MC Tarjo langsung menyahut “lah ko..omongane enyong dibalikna din…?”Udin hanya tersenyum kecil, beberapa menit adegan yang mirip seperti sinetron televisi lokal daerah tegal berlangsung.

Kemudian tohidin melepaskan pelukan tarjo, lalu ia turun dari panggung, acara pun berlanjut dengan peserta berikutnya, sementara teman-teman yang lain mengikuti acara demi acara dan bercanda, atau sekedar menonton pertandingan yang lain, tohidin memilih untuk menyendiri diperpustakaan, sekedar duduk dan melamun padahal kalo lama-lama ngelamun bisa dipotong kalo ayam tapi tohidin bukan ayam tohidin adalah manusia yang punya rasa dan punya hati, jangan samakan dengan pisau belati....nyanyi lagi, beberapa lama dia terdiam, kemudian tohidin mengambil 2 lembar kertas dari sakunya, kemudian tohidin tersenyum dan nampak heran memandang 2 lembar kertas yang tadi ia bacakan isinya, yang sebenarnya kertas itu sama sekali tidak bertuliskan puisi yang tadi ia bacakan dengan gamblang, lantang, sombong, dan penuh panghayatan. Ternyata 2 lembar kertas itu tohidin dapatkan ketika ia melewati gang (Mau disebut gang tikus tapi gang ini lebih kecil dari gang tikus yang sempat saya temui..jadi susah arep nyebute gang apa..)disamping rumah toipah, dan tanpa sengaja tohidin melihat toipah membuang sesuatu dari jendela kamarnya yang bersampingan langsung dengan sebuah gang kecil dimana tohidin lewat, kemudian tohidin memungutnya. Lembar pertama bertuliskan "Panggil aku ipah", dan lembar kedua bergambar salah satu tokoh punakawan yaitu Bagong, tohidin hampir tidak percaya dengan dirinya sendiri tapi, dia tetap percaya pada Tuhan, tak seperti koruptor yang mempersekutukan Tuhan dengan duit, hanya dengan bermodal perasaan cinta dan kekagumaman yang begitu besar tohidin kepada toipah, tohidin seperti sedang kerasukan roh pujangga besar, penyajak ulung, tohidin menjadi seperti penulis bijak bestari yang membacakan karyanya yang belum tersurat dan masih tersirat, seperti sang aulia yang sedang menyabdakan ayat-ayat Tuhan yang jatuh lemas dan tidak ingat lagi apa yang sudah disabdakanya, kini puisi yang diucapkan tohidin pun sudah tidak bisa diingat lagi oleh dirinya sendiri, semuanya hanya menjadi riwayat hati tohidin, ditulis dengan pena cintanya pada lembar perasaanya dan hilang tersimpan dalm kalbunya yang hayat, ada beberapa bait yang masih teringat dan tohidin berusaha terus mengucapkanya :

"Untuk sebuah nama, bintangku
Untuk sebuah nama,bintang…benderangku,

Jika jalan itu ada tunjukanlah padaku
Jika rasa itupun kau rasakan sambutlah aku"


Hingga kegaduhan didepan pintu Perpus menyadarkan tohidin dari lamunanya, tohidin kemudian menoleh dan melihat beberapa teman sekelasnya berteiak-teriak "din...din...kamu menang...kamu menang...", ternyata tohidin benar-benar khusyuk dengan lamunanya sehingga MC yang berteriak-teriak berulang-ulang memanggil nama tohidin pun tidak ia dengarkan, begitu hanyut dia denga perasaan cinta yang dirasakannya, karena itu pun wajar dirasakan oleh setiap manusia, yang lebih cenderung lebih cepat terlena dengan kenikmatan yang berhubungan dengan sesuatu yang bersifat ragawai/kemanusiaan, tapi ketika sedang berhubungan dengan Tuhan mereka tidak merasakan kenikmatan, dan kehanyutan yang sama seperti saat kita berhubungan dengan manusia begitu juga saya (sing nulis),(Pacaran 3 jam kuat...sholat, dzikir 30 menit be wis glasahan...ckckckck...)

Jumat, 08 Oktober 2010

TOHIDIN TOIPAH - EPISODE 2- Pagi Yang Seperti Es Campur Sejuta Rasa



Ditulis oleh Edi Siswoyo
Diunggah oleh Edi Siswoyo

Syahdan…Kocap kacarito… Alkisah, sudah 2 hari 2 malam lewat 3 jam surat cinta tohidin yang kocak, sedikit nakal, nyleneh, membabi buta, mengharu biru, meremukan hati, toipah dan bernafaskan perjuangan berlalu. Pagi itu tohidin terduduk lesu disebuah jembatan dipinggir jalan, tempat biasa tohidin menunggu kendaraan yang lewat untuk ikut ndayak* mobil truck pasir sampai jalan besar menuju kesekolahanya. Nampak kuyu mukanya, entah karena resah tak bisa tidur nyenyak memikirkan nasib surat cintanya, atau karena didera ketakutan yang teramat sangat setelah melakukan hal yang tak biasa dan tak pernah dilakukan tohidin yaitu nyolong ayam’e pak RT, hal yang sama sekali tak ada dalam kurikulum pelajaran akidah & ahlak yang diajarkan disekolahnya (Maklum sekolahnya SMP yayasan islam terbesar), yang jelas pagi itu hanya dapat dikatakan dalam 2 kata “Ora Nggenah”.

Lima belas menit berlalu, terlewati tohidin dengan ketegangan, situasi ini sama dengan situasi yang dialami Sadewa (kisah mahabarata), yang kala itu hampir mati oleh amukan Dewi Ranini karena menolak keinginanya, untuk meruwat Dewi Ranini yang sedang dalam kutukan bentuk Durga-nya(Raksasa Jahat) kembali menjadi Uma yang cantik jelita, setelah Sang Hyang Batara Guru mengetahui keadaan itu Dia langsung meretas, merasuk (Istilah jaman sekarang meng-hack) dalam tubuh sadewa dan akhirnya Dewi Ranini kembali ke wujud aslinya setelah melalui ritual panjang oleh sadewa dan atas keberhasilan Sadewa Dewi Ranini member gelar Sadewa Sang Sudamala (Penghapus kejahatan) karena telah berhasil membuang wujud jahat Dewi Ranini.

Weitss…sabar agan…agan..dan aganwati..aganwati semue…jangan mlongo kaga keruan dan terkesan B.E.T.E dengan keseriusan cerita nyang diatas…,(aye tau agan..dan aganwati…tidak terlalu suka ame nyang gitu2an…cerita wayang dan semacamnya yang hampir punah dan hilang…kurang diminati bocah2 jaman karang…) “Ok…dah ikan hiu…ikan pesut…Lanjuttt….”. Mendadak wajah tohidin yang tadi mengkirut kaya jeruk purut…langsung ceria…satu senyuman kecil tersungging dibibir tohidin yang tidak merah dan pecah-pecah, matanya langsung mencorong kaya lampu petromax pemburu kodok ditengah sawah dimalam gelap, rupa-rupanya bidadari pujaanya toipah bin hardjopranoto sedang melangkah menyongsong dirinya, senyumnya tersipu sambil ditutupi mulutnya malu-malu berjalan dibelakang teman sepermainan dan juga teman satu sekolahnya siapa lagi kalau bukan mak comblang tohidin Neng TarisolMiyIp’marisolNyanyiIsAbelalalaST12’n’cnTabEUdBeiberLoverScolourfix(Nama tariceng diakun fb-nya)…atau biasa dipanggil ceng..ceng tariceng…halah…halah…, setelah agak dekat dengan tohidin kemudian toipah membisikan sesuatu ke telinga tariceng beberapa detik kemudian tariceng menggeleng-gelengkan kepalanya entah apa yang dibisikan toipah pada tariceng, yang jelas tidak lama tariceng mendorong toipah sambil berkata”wis manalah dinekena dewek…”(Penulis : “Sudah sanalah berikan sendiri”). Tohidin yang pura-pura tidak melihat kejadian itu mencoba mengalihkan kegugupanya dengan mengambil buku cetak dari dalam tasnya dan berpura-pura membacanya (tidak sadar bukunya terbalik), kemudian toipah memberikan sebuah amplop bergambar bunga warna-warni yang ia sembunyikan di dalam buku catatanya ”mas idin…” begitulah panggilan toipah dengan lembut seraya mengulum senyum dan sedikit menahan tawa (melihat si tohidin menunjukan salah satu talentanya yang tersembunyi yaitu membaca buku dengan terbalik)lalu sambil menyodorkan amplop itu, kemudian tohidin yang pura-pura cuek menoleh sambil eksien kaget, rada gugup, sambil pasang muka co’ol dia menyahutnya”Oh iya dik…terima kasih ya…”, dan toipah langsung berlari kembali menuju tariceng, tak lama kemudian tumpangan mereka datang sebuah mobil dolak (Penulis : sejenis mogil bak L300)pengangkut bawang merah.

Tohidin kini tinggal sendiri, dengan perasaan bahagia bercampur tanda tanya besar karena amplop yang dipakai toipah untuk membalas suratnya sama dengan yang ia pakai pada surat pertama yang diberikan untuk toipah, apakah toipah sedang melakukan penghematan anggaran belanjanya dengan tidak menggunakan amplop baru, seperti Negara kita yang lebih suka memakai barang-barang bekas termasuk sarana dan prasarana transportasi dengan armada – armada bekas dan sudah tua, yang menjadi salah satu faktor banyak terjadinya kecelakaan transportasi…jadi mudah untuk dikambing hitamkan dengan cukup memberikan alasan “karena sarananya sudah tua dan tidak ada faktor tunggal pada setiap kecelakaan…”, padahal hanya ada satu departemen di Negara kita yang mengurusi masalah transportasi, atau kalau sudah kepepet tinggal bilang “kan itu sudah musibah…sekali lagi musibah…”, “Pagi ini benar – benar seperti es campur sejuta rasa” dalam benaknya tohidin bergumam.

Tohidin dengan berjuta perasaan campur aduk, mengocok-ocok, menguplek-uplek, mengodol-ngodol, mengurut-ngurut, kepalanya berangkat menuju kesekolahanya, mengikuti semua kegiatan yang diselelnggarakan sekolahnya dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan, kebetulan saat itu tohidin yang piawai menulis puisi dan menggubah syair dan sajak, ikut andil mewakili kelasnya dalam lomba Baca&Tulis Puisi Bebas dalam rangka HUT kemerdekaan, sebuah puisi yang berjudul “Sajak Untuk Sebuah Nama”telah tohidin tulis mendapat giliran untuk dibacakan didepan para juri yang terdiri dari dewan guru. Sambil bersiap-bersiap menunggu namanya dipanggil dia membuka tasnya dan mengambil amplop surat balasan dari pujaan hatinya toipah dengan jantung dag…dig…dug…dia mengambil dan membuka amplop itu, ternyata eng…ing…eng…creng…creng..creng…mata tohidin terbelalak, keringat dingin mengucur deras dari tubuhnya, nafasnya tidak beraturan, mendadak tohidin seperti terkena gelombong tsunami kepuyengan…”Ya Alloh…jabang bayi…primen kyeh maksude…?” (Penulis : Ya Alloh Bagaimana ini maksudnya..) ternyata surat yang ditulis tohidin dengan sejuta perasaan, susah payah dan melewati fase-fase sulit puasa mutih 3 hari 3 malam, dan di jampe harupat, pujamantera, ajian pengasihan warisan nenek moyangnya dikembalikan lagi oleh toipah, belum habis tohidin menerjemahkan dan mendefinisikan rasa bingungnya dari Soundfox a.k.a sompok bin toa (Penulis : Pengeras Suara) MC dengan lantang memanggil nama tohidin “Hadirin sekalian kita sambit…maaf …kita sambutpun…inilah dia peserta dengan nomor 09…mewakili kelas 3.A ananda
Tohidiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnn……yang akan membacakan puisi Sajak untuk sebuah Nama”



BERSAMBUNG...

*ndayak :adalah istilah menumpang mobil karena diwilayah-wilayah tertentu didaerah belum ada sarana transportasi yang legal beroperasi istilah ini biasanya digunakan oleh anak-anak sekolah didaerah pantura Tegal,Cirebon,Brebes dan daerah Purwokerto.

Rabu, 06 Oktober 2010

TOHIDIN TOIPAH - EPISODE 1 : Surat Cinta Tohidin Di Malam 17 - an




TOHIDIN TOIPAH
Episode 1 Surat Cinta Tohidin dimalam 17-an
Ditulis Oleh Edi Siswoyo
Diunggah Oleh Edi Siswoyo



Kepada Ytc (yang tercinta ya...bukan yang tercurut..)
Adinda Toipah
di Villa Kerinduan


Assalamualaikum, wr, wb.

Selamat malam, atau selamat pagi, atau selamat siang, maaf adinda toipah... mas idin bingung mau nulis "selamat malam" takut surat ini sampainya "pagi", mau nulis "selamat pagi" takut surat ini sampainya siang...bingung yach dik...hehehehe...kaya koruptor yang malam ini sedang kebingungan dan bertanya pada istrinya "mah...dana kesehatan untuk orang miskin mau dihe'eh berapa persen (%) yah...saking bingungnya akhirnya si miskin cuma dapat 0.000099999% (amplopnya tok ra ene isine...isine janjinya tok...)". Mungkin surat iki tekone rodho telat masalahnya pas kemarin aku titipin tariceng koncomu ngomongnya dia mau ke Bu bidan dulu mau konsultasi, ngecek dia masih perawan atau tidak (Maaf mas manggil si tarisol dengan tariceng soalnya mas geli namanya mirip cairan pembersih lantai, dan setelah mas cek'n'ricek ternyata si tarisol itu doyan nginceng makanya mas panggil "tariceng":tarisol tukang nginceng). Soalnya dia sudah tidak yakin lagi dengan keperawananya setelah kesrempet Mo.Ge (Motor Gede)Made in Jepun pas mau nonton layar tancep kemarin...kasihan ya dik...kasihan...kasihan...kasihan...

Dik toipah yang cantik itik-itik...maaf mas idin mungkin terlalu nekat dan terkesan tidak sopan karena menulis surat ini, tapi jare mbahku "kalau dulu para pejuang kemerdekaan tidak nekat berjuang melawan Londo karo jepang dengan bambu runcing, mungkin sampai sekarang kita masih dijajah oleh mereka", dan kalau kita terus-terus sopan dengan wong londo dan si sipit jepang mungkin saat ini mas dan semua orang indonesia masih bekerja jadi romusa atau pekerja rodi membuat bendungan air lendir si sipit jepang dan keringete si londo sungguh terlalu ya dik...bersyukurlah sampai pada malam 17 Agustus tahun ini kita sudah hidup bebas tanpa jajahan dan memperingati kemerdekaan fisik negara kita tercinta,SELAMAT HUT RI YANG KE berapa ya dik...mas lupa yang keberapa Pokoke MERDEKAAAAAAA....

Semuanya merdeka dik tapi bathin mas merasa belum merdeka, pasalnya semenjak bertemu dik toipah pas lagi nonton ndangdutan kemarin, senyum dik toipah seperti segerombolan serdadu londo yang terus membombardir fikiran mas..., pandangan mata di toipah malam itu kayak granat yang pemicunya sudah dilepas dan siap meledak luluh lantahkan hati mas..., sungguh pintar kau dik...mengocok-ngocok, mengacak-ngacak, mengicik-ngicik,anunya...ehhh..perasaanya mas idin..., mas sudah mengijak ranjau cinta yang dik toipah pasang...tiap mas memandang dik toipah mas tidak bisa beranjak, seandainya hati dan mata mas beranjak lungo mlayu pasti mas kan hancur berkeping-keping.

tolonglah dik mas seperti serdadu pejuang yang ketinggalan pasukan gerilyanya..mas kebingungan dik...montang-manting...clangak-clinguk.. ngalor ngidul... isine londo kabeh mas bener-bener dijajah oleh perasaan yang mas rasakan saat ini.

Setelah salam hangat yang mas titipkan sama tariceng tidak bertepuk sebelah tangan, dan mendapat balasan yang hangat pula dari dik toipah...mas berani angkat bendera putih tanda situasi sudah damai, mungkin ini baru awal ya dik... tapi mas seneng kelawan bahagia banget. Dari awal mas ketemu dik toipah mas merasakan sesuatu yang tidak biasa pada hati mas dan terasa mak...kleserrrr...kleserrrr...kleserrrr...pada bagian tubuh mas yang lain, semoga dik toipah juga merasakanya..kleserrrr...kleserrrrnya itu loh dik...? dan berawal semua itu mas yakin dan mantappppp...untuk mengatakan bahwa mas...mas...ehmmm...aaaa...mas...mas...sang...saaaannngg....sangat sayang dan mencintai dik toipah ..dengan sepenuh hati mas...dik toipah gelem ra pacaran ambe mas idin...?

Kini mas sudah tenang sudah mengungkapkan semuanya. Tadi pagi pas mas mau buang hajat di kali..tak sengaja lewat depan rumahmu...(halah..halah..koyo lagu tenda biru teh dessy ratnasary yah dik...) mas lihat dik toipah lagi nyiram bunga, wajah dik toipah tidak kalah indahnya dengan bunga-bunga didepan rumah dik toipah, mas sangat tersepona..eh..terpesona...melihat kecantikan dik toipah...mas jadi semakin mules waktu itu.

Kira-kira demikian saja ungkapan cinta dari mas idin...jika dik toipah merasakan mules yang sama...eh...maksudnya merasakan perasaan yang sama sudilah kiranya dik toipah membalas surat ini..?dititipin saja ya dik ke si tariceng sekalian tanyain kedia gimana hasil tesnya...masih perawan po ga? soale koncoku si poal bisa gagal ndeketin dia kalau dia sudah bocor...soalnya paling susah ditambal kalau yang itunya sudah bocor...kalau politikus memang otaknya pada bocor, tapi mereka punya bengkel las khusus untuk nge-las otak mereka..., mas idin berharap banget mendapatkan jawaban yang memuaskan, sudah 2 minggu ini mas nasi aking dan rasanya ra enak banget...koyo ambune awake si poal..., seandainya jawaban dik toipah memuaskan mungkin rasa nasi aking akan terasa seperti burger McDonald...kan katanya kalau sudah cinta tembelek pun rasa coklat...hehehehe...

Cukup sekian dan terima kasih, salam untuk adikmu jendol...kalau,angon wedus ya angon wedu tapi jangan kaya wedus sukanya srudak...sruduk...anunya mas pernah disruduk sama adikmu...sampai ketemu besok diwarung mbok darmi yah tempat kita biasa nunggu mobil ya dik toipah yang cantik... mas idin sayang banget ma dik toipah.

dari yang selalu mencintaimu,
TOHIDIN BENDOL KUSUMA WIDJAJA

Senin, 04 Oktober 2010

"Surat Terbuka Untuk Hujan"


Hujan dibelakang langkahku...
Menghapus Jejaku...
Sebentar lagi bayangpun akan menghilangkanku
Dari jagad...

Lagu bumi tak memberiku suara
Pagi tak membagiku cerita
Siang tak memberiku nada
Malam tak lagi menjagaku...

Hujan ambilah kepedihanku...
Gantilah dengan sedikit kerinduan
Agar kau dan aku hidup dengan jantung keabadian
Kau asyik riang walau menghilangkan benderang

Aku tak dapat membicarakan apa yang dikatakan dari hatiku, tapi airmata deras dari awan hatiku mewakilinya
Kejadian-kejadian yang telah berlalu,dianggap mimpi belaka,dan semua penyelamatanku tak berarti, dianggap percuma.



Hujan...,kini aku abadi bersama dirimu
Kau usaikan kesedihanku
Ceritamu jatuh dari langit
Aku mengigil karena pelukanmu
Tapi kini tak terukur kebahagianku

Kini melimpah kidungmu...
Meremah-remah, tercecer dan tak mampu untuk bersyukur dari tiap-tiapnya yang jatuh
Karena itulah begitu deras kau jatuh dari mata langit
Dan begitu deraslah bibirku bergumam syukur...syukur...syukur...

Walau ada meja pesta difikiran manusia aku berjanji aku tak akan pernah meninggalkanmu, untukmu
Walau teratai itu tak lagi tumbuh diatas hatiku, kini mawar telah kau semai untuku
Teratai telah memenjarakanku dalam derita dan kini kau bagai maut yang membebaskanku
Aku bersedih kesombonganya tak lagi menjadi nafasku, namun kini aku berbahagia karena mati dengan kebebasanmu

Meski nafasnya tak lagi memenuhi rongga dadaku
Kau melunakan seluruh jiwaku dengan suaramu
Meski pelukan kebohonganya tak lagi menenangkanku
kau ucapkan kaidah cinta abadi dan memeluku penuh damba

Hujan kini aku bahagia denganmu...

Akan kunyanyikan terus lagu-lagu harapan
Dengan iringan kecupan-kecupan sayang
Kekhawatiran ini sudah surut, dan aku akan berlutut menjamah hadiratNya
Memanjatkan do'a agar keluh kesah kita kecil diatasNya

Kebenaran cinta itu perkasa
Kelelahan akan menimpa
Namun tiada pernah aku akan binasa.







CGK, 03/10/2010

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...