Rabu, 12 Januari 2011

Hujan Airmata: Bianglala… Bianglala…

Ya Ampuuunn…Ya Ampuunn…

Tujuh warna menghimpun…

Jatuh dikejar riak-riak kali tanpa Ampuun…

Gelombang kali dicium MeJiKuHiBiNiU Bianglala

***

Bianglala… Bianglala…

Tuduhan itu mengada-ada

Kau masih ada, tak hilang setelah hujan reda

Bak Bianglala… simpan cinta itu dalam dada

***

Ohh…Ohh…aku tahu cinta itu

Penyambung lidah kala kelu

Pembuka ucapan kala bisu

Kau dan aku kelu dan bisu

***

Ohhh…aku tahu kau sedang menautkan rindu

Memandang bianglala yang hampir berlalu

Ngumpet dibalik bokong gunung itu kekasihmu

Ya.. Ya.. tersipu bak Bianglala tahun lalu

***

Ayolah cintamu jadi tak berbahaya

Bergetar saja dalam dada tak berdaya

Diam didalam pengasinganya tak berharga

Hanya jadi mantra tak berguna, dalam dada

***

Bianglala, kau disekap disebuah gudang di Singapura

Bianglala, kau terlelap dibawah jembatan layang Saudi arabia

Bianglala, kau gelisah dipasar manusia Malaysia

Bianglala… Bianglala… Pak Presiden suka sekali menatapmu dari sudut istana

***

Bianglala… spektrum kerinduanmu semburat diatas comberan

Senantiasa terpendam rindumu pada Si Mbok dan Negerimu

Bianglala… kau ajarkanku untuk menghalau dan mengetam rindu

Bianglala… aku melazimkan kesepianku, tak sebanding kesepianmu

***

Kau Bianglalaku nan cantik sekali

Bersinar malu-malu dari lantai 16 sebuah apartemen di Hong Kong

Kau Bianglalaku… aku titipkan kasih sayangku untukmu dalam do’aku

Kau Bianglalaku… aku rindu senyuman yang sama saat terakhir kali ku menemukanmu

***

Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Ungu, Violet gundahmu

Pagi dimana kau menemukan kemenangan

Kita akan berpagut cium lagi dalam ijab qobul keabadian

Bianglalaku… Bianglalaku… (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...