Sabtu, 25 Februari 2012

"RINDU"



Oleh : Edi Siswoyo

 Angin utara akan berhembus lagi esok, membawa derunya, menyerta serunya, mengasat mata rohnya, menggumpal bersama gulung kabut tebal rindu. Berdirilah naen di kaki bukit, matanya memandang jauh lekat, pada asap-asap putih yang mengendap di permukaan telaga.

Tiada biduk, tiada lenguh manja hewan – hewan yang sedang menghirup segar udara yang sama hawa “rindu”.

Semoga engkau tak lupa cantik nian aras, akan janji yang pernah kita ikat dibawah lengkung pelangi, sesaat waktu menyembunyikan semua kegembiraan yang hanya kita bagi bersamanya. Kini hiduplah lagi sang pralambang, saksikanlah kawanan burung greja yang berpencak memperebutkan bilah-bilah ilalang.

Berdirilah dirimu disana sayang agar sang harimurti dapat mencipta lagi bayangmu, karena hanya dengan itulah kau dan diriku dapat menyatu di siang hari.

Dan, kala malam datang tetaplah berjelaga disana, disisi megah gempita benderang rembulan, agar diriku dan dirimu dapat menyatu kembali dalam “bayangan”.

Kian tangismu kudengar sengit membelah parit jiwaku, bak pawana gelombang perkasa pun pecah jua, ruh-nya musnah hanya rindu saja merayap berpesta bersama angin dan musik-musik gemerisik dawai-dawai pasir pantai.

Kerinduanmu adalah gubug rumbia kosong sepi yang kemudian berubah menjadi kuil-kuil dewa agung, aphrodite, dewi sri, berkeliling meruap semesta keagungan dalam hatiku dan hatimu. Kesialanku adalah telah kutempuh tahun – tahun penderitaan yang hanya menyisakan dua onggok hati yang kini saling terasing dalam pulau kerinduan.

Menunggu kematian yang sudah pasti akan menemuiku dan menemui tidak mungkin “percuma” jua, maka kini aku jiwa yang papa ini mengajakmu untuk mencari hari kelahiran baru.

Sinarku dan sinarku nyaris sirna, kini kekasih kuberikan sedikit cercahku yang hampir habis, biarlah aku tiada lebih benderang dari dirimu, biarkan aku hilang menuju tidurku yang penghabisan, asal kau disana tetap menjadi benderang, bersinar.

Dalam genggam-Nya “rindu” kita akan abadi.


Jakarta, 25 February 2012

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...