Sabtu, 08 Januari 2011

Balada Wayang Episode 6 : Gatutkaca...Yang Punya Pringgadani_Part II


Ditulis oleh Edi Siswoyo
08 Januari 2011

Diunggaah oleh Edi Siswoyo


"Oooo....Amenangi Zaman Edan...
Sopo Sing Luwih Edan
Yen Mboten Gayus Halomoan P. Tambunan...
Sopo Sing Luwih Becik
Yen Mboten Wong Sing Iman..."


"Ooooo....Baiklah Anna mulai mendalang Fii Ahaduunlail ini dengan melanjutkan Lakon Gatutkaca...Yang Punya Pringgadani_Part II...OOooo...Doroogg..dog...dog...dog..dogg...doogg..."

***
Matur Nembah Nuwun aku ucapkan untuk Ki Lurah Petruk Sing Ngayomi Gunung Njamurdwipa...yang telah sudi nyambung cerita karena kemarin aku hanyut dalam secangkir kopi dan gambar toples artis indo yang lagi marak, diperbincangkan para kaskus'ers dan ojeker's.

Kini aku dalang yang nafsu nulis walau tanpa bayaran akan melanjutkan kisah perseteruan antara PSSI dan LPI, antara Om Nurdin Halid dan Arifin Panigoro...ehhh...Maaf kisah Satrio Seko Pringgadani...Raden Purbaya Alias Gatutkaca.

Kocap Kacarita,

Setelah menjadi dewasa dan mengalahkan Bromocorah pengacau kahyangan jonggring saloko Patih Sekipu dan Raja Kalapracona dari Kerajaan Trabulasuket, Si Jabang Putut Tetuka resmi berubah nama menjadi Gatutkaca.

***
"Ngger cah bagus...putra si jabang bungkus (Ayah Gatutkaca, Bima terlahir masih terbungkus)
ojo adoh piring seko sendoke, ojo adoh genthong seko siwure..."wejang Ki Semar.

"Romo ki yok uopooooo...lagi mewejang apa...lagi laper plus haus...ko ngomongi piring , sendok, dan perkakas dapur... "sambil nyekekrek terkekeh-kekeh Si Bungsu Bagong Nyela wejangan Romonya.

Sambil
nyengkemos mulut Bagong, Si Sulung Gareng yang selalu sok intelektual menjelaskan "ojo adoh piring seko sendoke, ojo adoh genthong seko siwure... maksudnya jangan sampai Ndoro Gatutkaca jauh berguru pekerti dan salah ngelmu upakarti karena Paman-pamanya/Pandawa dan kita sendiri sudah merupakan makanan lezat untuk mengenyangkan jiwa yang lapar akan pekerti...dan untuk sukma yang haus akan ilmu kehidupan... ga koyo koe Gong...meneng-meneng tapi Badogaaaann...ae...sing dipikiriiii...."sambil cengengesan Gareng langsung lari.

Gatutkaca, melewati perjuangan panjang dan berat mengalahkan seribu kesatria pilih tanding, demi menikahi Si Bibir Ranum bak bibirnya Arumi Bachsiin yaitu Dewi Pregiwa yang tak lain sepupunya sendiri anak dari Pamanya Arjuna, dan harus mengalahkan saingin terberatnya Raden Laksmana Mandrakumara yang pun terhitung masih saudara, karena Laksmana anak Pakdenya Prabu Jokopitono alias Duryudana atau Dursasana.

Dari pernikahan ini Gareng, Petruk, dan Bagong, bisa menimang Ndoro Muda lagi bernama Sasikirana.

***
Gatutkaca Dadi Raja Eng Pringgodani

Begini kisahnya.(*)

Kala itu tampuk Kerajaan Pringgadhani di pegang oleh Sang Ibunda Arimbi, setelah sebelumnya saudaranya Arimba mati ditangan Bima, saat Bima menginvasi Pringgadhani, akhirnya memperistri Arimbi.

Setelah Gatutkaca dewasa akhirnya Gatutkaca diangkat sebagai Raja di Negeri Raksasa Pringgadani, Terkecuali Brajadenta, kesemua Pakde & Paklik-nya Brajamusti, Brajalamadan, Brajawikalpa, dan Kalabendana semua sangat menyayangi Gatutkaca, dan Kalabendanalah yang paling Gatutkaca sayangi, meskipun Paklik Raksasanya ini berbentuk bulet
, kerdil, tapi hatinya mulia, dan polos.

Pakde Brajadenta yang kena hasut Sengkuni akhirnya Mbalelo hendak merebut takhta kerajaan yang baru saja diberikan kepada keponakanya, karena menurut Sengkuni sebenarnya takhta itu sudah menjadi hak Brajadenta, untung saat baru mencak-mencak didepan kesatrian, Brajamusti yang berpihak ke Gatotkaca menghadangnya, setelah dua saudara kembar ini bertarung keduanya tewas, dan Roh mereka menyusup ke tangan kanan dan kiri keponakan mereka, yowiss Gatotkaca semakin sakti karena tanganya kadunungan Aji Brajamusti dan Aji Massaid....ealah...Aji Brajadenta.

***
Matinya Sang Kesatria Muda.

Inilah asal muasal mala kecil yang akhirnya mengakhiri nyawa Gatotkaca.

Kencrang-kencreng, prangas-pringis, Abimanyu Kesatria dari Keraton Ndwarawati Putra Arjuna, nampak gembira karena cita-citanya segera Come Thrue , setelah Batara Kresna merestuinya untuk menikahi Eyangnya Utari.

Seperti biasa kemana Abimanyu memijak bumi, diawang-awang mabur gebyar-gebyar Si Empunya Kotang Antrakesuma,tapi kali ini Gatotkaca membawa Pakliknya Kalabendana, dalam rangka mengawal sepupu kesayanganya.

Konon, Abimanyu pemilik Wahyu Widayat punya pasangan Wahyu Cakraningrat, Nah...kebetulan pemilik pasanganya adalah eyangnya sendiri Dewi Utari, dan mereka berdualah yang ketempelan tanggung jawab menurunkan Raja-Raja nusantara dengan perkawinan.

Pucuk dicanta ulam pun tiba, Eyang utari mau memberikan Nyooohh...semuanya untuk Abimanyu, asalkan Abimanyu masih Single, Karena melihat kecantikan dan betapa damainya tenggelam dalam tatapan Utari nan temaram bak senja nan hampir tenggelam dibalik bukit indrakila.

"Saya masih single ko Eyang...Suuuueeerrr dechh..." jawab Abimanyu daripada gagal akan tanggung jawabnya melahirkan Raja-raja Nuswantoro. "Kalo saya bo'ong biarin dech...saya Tatu Arang Krancang saat di Palagan Besar Barathayudha nanti, tubuh saya tertancap jutaan anak panah kurawa sehingga bak landak...."

"Goorrrrooohhh......Nggedebuuuss..."Kalabendana membantah dengan kepolosanya, seantero Negeri pun tau kalo Anggito Abimanyu sudah beristri Siti Sundari.

Dengan maksud cuma mau wanti-wanti namun ya sudah terlambat, Gatotkaca menepuk pipi Pakliknya yang refleks Nyletuk, Malang tak dapat ditolak untung, tak dapat diraih, tangan Gatotkaca yang sudah kadunungan Aji Brajamusti dan Brajalamadan mengakhiri hidup Pakliknya sendiri Kalabendana.

Dan, benarlah pada saat di Palagan Kurukhsetra tatkala perang saudara berlangsung Abimanyu mati dikeroyok Kurawa dan badanya ditancepi panah percis landak.

Gatotkaca terbang, Gebyar-Gebyar sinar cosmic alami memancar, cahaya terang benderang dari Kotang Antrakesumanya, dia meraup sebanyak mungkin prajurit kurawa lalu dibawa terbang setinggi-tingginya lalu dihempaskan kebumi, hampir habis semua Pasukan kurawa kini berhadapanlah Gatotkaca dengan Karna pemilik Kontawijaya.

Gatotkaca terbang setingga mungkin, dan menciptakan seribu kembaranya, untuk mengelabuhi Karna, tapi dengan petunjuk Batara Surya Karna berhasil menemukan Gatotkaca Asli dan terlepaslah kontawijaya dari busurnya....wuuuuussssshhhh.....

Kontawijaya yang sudah mleset disambut Arwah Kalabenda, seraya menyampaikan pesan dari kayangan bahwa ajal keponakanya sudah sampai, Kalabendana menghujamkan Kontawijaya tepat didada Gatotkaca yang didalamnya tertanam sarung dari Kontawijaya.

Gatotkaca menerima kematianya dengan syarat jasadnya harus jatuh menimpa sisa Pasukan Kurawa dan Karna Sendiri, Benarlah Jasad Sang Raksasa Kesatria Pringgadani meluncur dari langit menimpa pasukan Kurawa dan kereta Karna pun hancur mawurahan, Karna berhasil melompat keluar perca-perca keretanya menghambur, menyebar menancap pada semua Prajurit Korawa.

Gugurlah Kesatria Muda Prabu Bimasutha Alias Gatotkacha...Yang Punya Pringgadhani.(*)

SEKIAN

Rumah Dalang Kenthir Siswoyo disini mampir ya : http://www.facebook.com/edi.siswoyo



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...