Senin, 21 Oktober 2013

[NAPAK TILAS JEJAK HATI 3th DeaR] "Rangkat Yang Tak Tergantikan"


Pertama kali saya ucapkan terima kasih pada orang yang pertama kali mengajaku sekedar mampir di desa yang saat itu saya masih sebut desa imajiner. Ningwang "Kembang" yang dikemudian resmi menjadi sindenku tanpa penolakan, tapi selalu ada penolakan tiap kali diajak jadi nyonya dalang, dia kala itu sedang kepincut dengan remaja masjid Kang Hikmat, dan pusing setengah mati dikejar-kejar Si Bocing.

"Mas diksinya bagus sekali?" itu komen Ningwang pertamax yang mampir ke lapak kompasiana saya, saya balas dengan "matur suwun" lalu diam-diam saya ngintip lapaknya. Ada sebuah posting tentang kerinduan, tentang cinta sederhana, tentang "rampai bunga rangkat"  yang tak pernah layu. Desa Rangkat berulang-ulang diujarkan dan dido'akan, hingga saya dengan begitu polosnya bertanya "Desa rangkat dimana? di sumatera barat kah? Oh, kalimantan yah?". Kemudian Ningwang menjawab dengan sebuah link disini mas "https://www.facebook.com/groups/desarangkat/".

Ningwang mengajak saya berkeliling, dan memperkenalkan saya dengan penduduk desa yang lain yang begitu ramah, pintar, gila, kharismatik, bersahaja dan kadang ngawur tapi asyik. Karena selama saya berkeliling saya asyik bersuluk dan ndongeng wayang tanpa henti, disaksikan bumi gonjang-ganjing langit kelap-kelap kathoooonn, lir kincangin alis, risang maweh gandrung, Ningwang memberi gelar saya Ki Dalang, dan Lamaran saya tidak ditolak untuk menjadikanya sinden.

Dua Tahun Berlalu...

Mommy, Acik, Mba Asih, Jingga, berbasris di depan pintu villa di daerah bandung. "Mana... mana... mana..." tim penyambut tamu saling berbisik. "Ini bener ki dalang...." tanya mommy, salam takzim untuk mommy yang mengira saat itu saya sudah sepuh, ia sudah membayangkan sosok seorang dalang jawa dengan blangkon, dan keris.

Inilah saat pertama kali saya merasakan cinta itu nyata, persaudaraan yang begitu nyata, desa rangkat itu sangat nyata. Tangan saling berjabat, senyum saling bersambut, gembira sampai tangis perpisahan tiba kami rasakan.

Yang Tak Tergantikan
Desaku yang sederhana, memberikanku hal yang tak sederhana, yang tak tergantikan, seorang wanita istimewa yang kini menjadi istriku. Jeng Mahar, Tukang Roti yang tak hanya special rotinya, Ismaharani Lubis "Ima"-ku tercinta, demi Alloh aku mencintainya, demi Alloh aku berbahagia, terima kasih Tuhan, terima kasih DeaR.

Di DeaR aku tetap menjadi pengelana, yang tak pernah rela membiarkan gunung naras terjajah, oleh bromocorah, duratmaka, dan durjana pengganggu hutan DeaR yang hijau, tetap mendamba cinta Jeng Mahar Tukang Roti yang mempesona Si Kribo, Mas Hans, Ayahku sendiri "Kades Ibay". Turun gunung sesekali untuk menengoknya, nengokin mas hans murid abadi dipadepokan wayang "sak karepe laras" & mengadakan pementasan wayang walaupun ngga ada yang nonton hehehe.

DeaR tak tergantikan, rawe-rawe rantas malang-malang tuntas, sampai titik darah penghabisan saya bela rangkat. Bersama Sang Pujangga "Mas Lala", Si Burung "Refotorai", Si Onthel Kribo "Inin", Pemuda Masjid Kang Hikmat & Anak buah Kang El hida, Pak Kades "Ibay" dan Sesepuh Rangkat Mbah "E. Astokodatu", Ayah "Windu Hernowo", Ayah "Edi Priyatna", dan yang lain yang tak bisa tersebutkan, cintaku pada desa&pada kalian sama, siap menjaga rangkat selalu asri, selalu ada cinta, selalu tumbuh, khoiiran katsiraan. Amiin.

***
  
Walau kita tidak bisa berkumpul di Perayaan Ultah desa kita kali ini, masih ada kali... kali.. lain kawan, kali yang disebut waktu baru, kali yang berwujud saat, saat yang akan menguap menjadi kenangan yang tak pernah hilang lekat diangan, sebelum kenangan habis, kali datang lagi dengan waktu barunya. Waktu yang membawa senyum-senyum kalian, waktu yang membawa gelak dan bahak kalian, waktu yang menjadi rahim buat kita, melahirkan kita dan menjadi kita saudara, lebih dari sekedar saudara lahir.

Kiranya ada yang lebih kuat dari sekedar jabatan tangan, bertukar senyum bahkan tangis. Tapi ada persaudaraan kita yang tak pernah habis dan jangan pernah pupus. Biar kita yang tahu, biar kita yang merasa, ada cinta yang begitu sederhana, tetapi besar nilainya, ada rindu tanpa makna namun besar nilainya. Sugeng Ambal Warso Rangkatku. Jangan bersedih Moomy-ku, Jinggaku, Ningwangku, Mahar-ku, Mba Asih-ku, Acik-ku, Ibay-ku, Hans-ku, Mari berpegang erat selalu, menjaga Rangkatmu Rangkat kita. Allohu Akbar.

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...