Sabtu, 27 November 2010

AKU KOCAR-KACIR

Ditulis oleh Edi Siswoyo
Diunggah oleh Edi Siswoyo

Hedeuh...Hedeuh...Hedeuh...kasus...kasus...banyak banget kasus...macem-macem,yang bencanalah, rekening jenderalah yang konon katanya bunting, bank bermasalah-lah,(kasusnya ga ada endingnya gan...) kalo artis jangan ditanya, video pornodisebar-sebar, adegan kekerasan dijadikan aset, perceraian dan saling buka aib' jadi makanan sehari-hari di infotaiment,aib' tidak dijaga komalah digembar-gemborkan...

Saya ndak' mau mengupas secara tajam setajam silet, semua kebodohan dan keculasan diatas, saya mau membahas pertemuan saya dengan mas yogi purnomo temen saya,pertemuan ini spesial dan asyik makanya saya tulis, walaupun tak sespesial pertemuanya Bima dan Tuhan dalam lakon Dewa Ruci, dimana Tuhan meretas tubuh Bima,sama seperti zaman wali konsep "Manunggaling Kawulo Gusti" Syekh siti djenar yang disalah artikan, Bahwa bukan itu pengakuan jasadi manusia sebagai Tuhan, melainkan Tuhan itu ada dalam hati kita masing-masing, barang siapa menjaga hatinya itu berarti dia menjaga Tuhan.

tak seperti biasanya muka mas yogi lesuuuu....bgttt, lah biasanya tiap ketemu memang ga' seperti ini maca'mania,biasanya ceria dansa-dansi, bercanda-bercandi, asyik banget kalo sudah kumat..., maklum Yogi Purnomo kan nama diKTP, tapi kalo malem sudah manglih rupo ya dipanggil yeni atouw bunga.

Menilik gelagat beliau yang kaya gini saya jadi orang pertama yang penasaran plus kecewa, ga dapet hiburan gratis kalo kaya gini...,akhirnya saya bertanya "Mba Yenniii...kenapa siihh..ko manyun gitu..?"

Tidak dijawab yang bersangkutan malah melirik saya dengan sorot mata yang tajam nan sarat makna, sayangnya saya tidak mampu menangkap mengungkap maknanya, kemudian dia bertungkas"sakiiiiittt...mas sakiiiitt..." sambil meremas bajunya seolah sedang meremah hatinya pula.

"lah iya sakit kenapa...?cerita toooh..."jawab saya sambil menggamit pundaknya, sungguh tak kusangka dan kuduga tangan saya malah ditepis dengan gemulainya"jangan mas..lepaskan..lepaskaaann..."teriakanya dengan kelembutanya.

"hedeuh...hedeuh...hedeuh...trus saya harus gimana yenni yang cantik.."
rayu saya "wooooiiiii....jangan panggil yenniiii...nama saya yogi camkan itu" jawabnya dengan garang khas yogi purnomo bener.., saya sampai kaget pisang goreng yang nyaris masuk mulut, saya lempar jauh-jauh, padahal saya lebih suka gaya kegadis-gadisanya,menurut saya itu lebih baik daripada gaya kegayus-gayusan,.

Setelah beberapa menit berselang dan sedikit rayuan gombal, rayuan tipe imajiner ini yang tidak sadar paling kita sukai(berpura-pura tidak suka padahal suka),akhirnya mas yogi yo mbak yenni yo mbak bunga bercerita bahwa semua asetnya ludes,"Aku kocar-kacir mas...icik-icik, make up,highheels, ludes...des...des...kemarin saya dikejar SATPOL-PP, udah kepepet maju kena mundur kena kaya film warkop DKI...terpaksa banting kanan nyemplung kekali..." ujarnya.

"Oalah...hahahaha... gitu toh saya fikir lagi mikirin saudara-saudara kita di wasior, mentawai, dan merapi kaya Pak Beye...hedeuh...hedeuh...yenniii...yenii..."lagi asyik haha hihi...,mas yogi langsung mabil ancang-ancang gaya Tukul arwana, dan menghardik saya"PUAS..PUAS...!!!sudah dibilang nama saya yogi...bukan yennii...YOGI..YOGI..Yengki, Oscar, Golf, India sami sareng Y.O.G.I"

Ya begitulah benda-benda seperti icik-icik dan sebagainya menjadi sangat berharga bahkan keramat untuk orang-orang seperti mas yogi,dalam istilah jawa disebut "pengajen" sapu pengais seperak rupiah dari kekonyolan dan caci maki, demi untuk bertahan hidup benda-benda sepele dianggap sebagai senjata ampuh, seperti Pak tani dan cangkulnya, Tukang gorengan dengan penggorenganya, Tukang daging dengan pisaunya, Tukang ojeg dengan motornya, bahkan pengutil dan tanganya, itu semuanya adalah 2 hal yang tidak dapat dipisahkan, bersinergi dan tak dapat dipecahkan.

Marilah kita hargai benda dan makhluk hidup sesepele apapun, yang kadang kita tidak sadar dari benda itulah kita bisa mendapatkan 3 piring nasi, seporsi spagheti, 2 bungkus nasipecel, 1 botol air mineral, dan bahkan menghantarkan diri kita anak kita, cucu kita, samapi memakai baju toga strata 1 (S1), Terima kasih.

Cerita diatas adala imajiner belaka, mohon maaf apabila nama atau kejadian yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...