Kamis, 17 Maret 2011

Balada Wayang Episode 7 : Tuyul Cenat-Cenut

1299246713357942302

Illustration & Shotoshoped By. Aku Dewek

“OOooo The World Gonjang-ganjing langit kelap-kelop kathoon…Lir Gumebyar padhang… kadya lintang wetan sumurup ngilen…Oooo dorog dog…dog…dog…OOoooo…Opo toh jenenging goro-goro ing bawono sintruh kados bawaning saputro dwi wangkoro,gluduk nyolah gumluduuuuuuuukk…ambatiri..Oooo dorog dog…dog…dog…

Baiklah… Anna mulai mendalang lewat tulisan dengan nyanyian puji-pujian “Sajak Menipu Tuhan” dari tokoh sufi’ ter-asyik, “Abu Nawas” idola Bapak Dalang :

“Illahi lastu lilfirdausi ahla
Walaa aqwa ala naaril jahiimi
Fahabli taubatan waghfir dzunubi
Fainaka ghafirudz dzanbil azhimi…”

“Ya Alloh Gusti… Kawulo Sanes Ahli Surga

Nanging mbothen kiat kulo ing neraka

Mugi Gusti kerso maparingo taubat

Ngapunten dosaaa…kawulo ingkang katah…”

***

Obrolan sehabis jum’atan di Warung Sop & Sate Kambing Madura, yang semula cuma mbahas masalah remeh temeh, sekarang beralih membahas masalah -masalah politik, sekurang-kurangnya masalah sambel yang semakin hari tambah kurang rasa pedasnyalah yang semakin menambah asyik perpindahan obrolan dari obrolan biasa beralih keobrolan yang hampir sama tegangnya kaya Anggota Komisi III yang keukeuh jumekeuh minta Pak NH untuk dengan legowo mundur dari pencalonan Raja Bal-balan, pokonya obrolan sudah mleber jauhsaja…

Lagu “I Heart You” dari New Rising Stars Boyband SM*SH, diputer bolak-balik dari pengeras suara Kerajaan Astina, Petruk nampak bersungut-sungut karena request lagunya “Sri Minggat” dari Mas Sonny Joz tidak kunjung diputerkan oleh operator, sontak protes “Apa-apa’an ini Kang…apa tidak ada lagu lain…ko ya ngotot terus muter lagu cenatcenut itu…” Sulung punakawan Gareng nampak santai saja menerima protes Petruk.

“Kan sekarang lagi jamane Ngotot-ngototan… Pak NH ngotot tidak mau turun dari jabatanya… Muamar Khadafi juga ‘ndak mau kalah ngototnya…di Negara kita juga ada yang ngotot, itu lho Si Kangsadewa (Khamsa) yang keukeuh mau jadi raja menggantikan Ugrasena padahal kamu tau sendiri toh Truk…?” pada kalimat terakhir Gareng setengah berbisik dan mengangsurkan mulutnya lebih dekat ketelinga Petruk.

***

“Dia itu anak Gorawangsa…” Gareng berbisik lebih pelan lagi, Petruk sampai minta diulang sepuluh kali karena sangking lirihnya, suara Gareng hampir hilang dihisab udara dan tertelan habis oleh koor lagu Cenat-Cenut yang konon merusak kaidah bahasa dan penulisan huruf SMASH yang A nya tergantikan tanda bintang (*).

He’em… Gareng melanjutkan.

Kocap Kacarita, Gorawangsa raksasa yang sudah lama kesengsem dan memendam cinta dengan Dewi Mahira salah satu istri Prabu Basudewa, akhirnya mendapatkan kesempatan dalam kesempitan yang tak terlalu sempit Pada saat Prabu Basudewa dan team PERBAKIN keranjaan Mandura pergi berburu, Gorawangsa manglihrupo menjadi Prabu Basudewa, Mahira yang tak menaruh curiga mau…mau… aj pas Basudewa versi Gorawangsa yang sudah memendam rasa ingin menganyam kasih dengannya, membopongnya menuju kamar. “Setelah itu ga usah dilanjutin ya truk…ya jadilah Si Kumis Kangsa itu..yang sekarang lagi Ngotot banget pengin jadi Raja Mandura…”.

Melalui ramalan langit, Kangsa mengetahui bahwa putra ke-8 dari Basudewa dan Dewaki adalah malaikat mautnya, “Makanya sekarang Ndoro kita Kresna sekarang diuber-uber karo anak buahe Si Kangsa…” Gareng mengakhiri ceritanya dengan satu sedoan kuah Sop Kambing Madura yang berlinang-linang Gajih.

“Orang kaya gitu ko…masih nekada mimpin ya Kang… itu sama kaya Patih Sengkuni, mantan narapidana yang ngotot pengin memimpin PSSA (Persatuan Sepak Bola Seluruh Astina), padahal kamu pernah ditolak toh truk pas nglamar jadi OB, cuma karena kamu ngumpetin ayam…eh maaf ngumpetin Jamus Kalimasada…”

***

Belum selesai Gareng menghabiskan Sop kambing yang tinggal kuahnya, Gareng dikejutkan teriakan Petruk “kena…kang…kena…” Petruk berteriak histeris sambil menggenggam makhluk berkepala plontos percis kepala Pak de Mereka Togog dan Nggilung.

“Ohhh..tepak kang Petruk pantesan Pesse (madura : duit) saya dilaci lang-elangan teroooss…” Cak Hawi ikut bersemangat menggetokan gagang kipas bambu ke kepala makhluk yang diidentifikasi sebagai tuyul oleh Cak Marhawi, Petruk, Gareng, dan para pembeli yang kebetulan lagi asyik menyantap sate, dan mengantre soto.

“Ampun Bapak-Bapak, dan sedulur-sedulur semua termasuk sedulur papat kelima pancer…” Permohonan amun si tuyul yang seraya tangis membuat Petruk dan gareng Iba, rupanya si tuyul itu sedang asyik menjilati kuah Sop gareng yang bercecer diatas meja, sangking asyiknya dia tak sadar, sampai Petruk menangkapnya.

“Aku sedang Cenat-Cenut…. ” tuyul itu bercerita bahwa ia sudah meninggalkan pekerjaanya sebagai Pencuri uang, kini ia sudah dikontrak untuk lebih dari sepuluh judul film horor yang akan tayang selama 2011 menggantikan film-film londo (baca : Barat) yang ngambek ogah mengirim lagi film-filmnya ke Negara ini karena kenaikan pajak masuk film luar negeri yang terlalu tinggi.

Si Tuyul yang kemudian diketahui bernama Nurdin Walid dan berperawakan seperti casper, tadinya ngotot sama kaya Nurdin Halid, dan Muamar Ghadafi yang ogah turun dari tahtanya menjalani syuting, padahal sudah diperingatkan, dan didemo sana-sini, walaupun harus pergi pagi pulang pagi, tapi lama kelamaan dia capek, dan bosan, lalu kabur dari rumah produksi yang mengontraknya.

“Bukan tidak mungkin saya, serta rekan rekan kuntilanak, genderuwo, buto ijo dan wewe gombel nantinya akan dikenakan pajak juga… Maaf bukanya kami tidak mau bayar, tapi kami juga ‘ndak rela kalau pajak yang kami bayar cuma habis untuk beli wig dan nyewa kaca mata si afghan…? ” Si Tuyul Nurdin Walid melanjutkan curhatnya.

Petruk, Gareng serta khalayak yang hadir mantuk-mantuk, dan buru-buru memasukan Si Nurdin Walid Si “Tuyul Cenat-Cenut” kedalam botol untuk dibawa ke Romo Semar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...