Selasa, 29 Maret 2011

Elegi Gue’: Gue Kotor… Najis… #Eps. 1

1300958207927677825

Elegi Gue Photoshoped By. Me


Gue kotor… Najis…

Ingatan gue tentang kejadian di Januari Tahun lalu belum lekang, gue ini memang orang hina, orang buangan… hingga untuk menyentuh dan menggendong anak gue sendiri pun ibu luh tak mengizinkan.

“Pergiiiii… kamu pereeekk…” hardik Ibu luh sambil membanting mainan yang gue akan berikan untuk Randiatta Fauzan putra gue.

Siapa yang mau bertanggung dengan nasib seperti gue, tapi sehina apapun gue secara biologis guelah Ibu Atta yang asli. Kesalahan ya kesalahan, sudah gue reguk habis semua anggur karma dari pohon dosa gue, gue berjalan dibumi-Nya dengan bayang-bayang dosa serta dakwa seribu rasa bersalah akan tingkah gue dulu, awan-awan pun bak menuding gue dengan telunjuk bengisnya.

Terserahlah kalian mau menilai gue sebagai ibu yang tak bertanggung jawab, aku memang bersalah kala itu mendustai dan melukai suami gue, tak pantas sebagai seorang ibu, yang paling fatal noda itu aaarrgghhh….

Ibu luh sudah kadung benci siapapun pasti tak mau menerima maaf gue. Istri dan mertua setabah apa yang bisa menerima sekedar ucapan maaf gue. Setelah semua kebiadaban yang gue lakuin.

Atta, yang masih tertidur pulas tak sempat kubawa, lagipun gue jatuh tersungkur darah segar mengucur-ngucur dari celah luka dikepala gue, sembah dan mohon gue terbalas dengan hantaman pemukul kasti..

Gue sudah tak ingat lagi apa yang terjadi setelah itu, saat gue sadar kepala gue sudah dibebat kencang, begitu sakit hingga untuk membuka mat ague pun sulit sekali.

Dengan mata terpejam gue berteriak-teriak memanggil nama anak gue “Atta…Atta…Atta…”. Gilakah aku…?

Apa yang sudah gue lakukan..? gue hancur terbenam dalam lumpur penyesalan tak terhitung dalamnya kala gue terbenam, kemana gue akan menyembunyikan rasa malu, penyesalan, dan amarah pada diri gue sendiri, gue kotor…najis…

Menyakitkan sekali menuai buah angkara dari pohon dosa yang gue tanam sendiri. Gue sendiri bahkan benci menatap kacaunya gue, rasanya ingin gue hancurin semua kaca yang mengacakan kacau gue, “gue benciii…benciii…benciii…”.

Sudah kering pula air mata gue, apalagi… gue manusia yang benar-benar laknat, sejuta serapah kebusukan akan gue terima karena memang seperti itulah gue kini.

***

Inilah kekotoran gue… ini dosa itu…

Inilah kekotoran gue… ini dosa itu…, kata maaf dari gue yang rasa sesalnya tak dapat terbayar andai pun dimaafkan, maaf suami gue, mertua gue, dan my beloved son Randiatta Fauzan.

______________________________________________________________________________

Malam itu seperti biasa, setelah menidurkan Atta, gue pun terbaring disamping putra gue yang pulas dan wajah gagahnya terlihat berkilau-kilau terkena bilah-bilah sinar rembulan yang masuk dari lubang angin-angin kamar gue.

Pintu kamar gue terdengar diketok, gue buka lalu tanpa ba bi bu gue melakukan semuanya, peluh menetes dan gue habiskan malam dengan mengecap madu-madu dari kelopak-kelopak bunga gairah, tak bosan-bosanya kami selalu menemukan surga semu setiap waktu sepanjang malam. Serbuk sari itu jatuh dipermukaan putik-putik nafsu gue kemudian menghilangkan gue dari dunia nyata ke alam kenikmatan maya tiada tara.

Tercebur dalam kemilau kilaunya danau nafsu membuat gue lupa kalau gue masih punya suami, dan malam berikutnya gue benar-benar lupa kalau malam itu suami gue pulang dari Negeri rantau.

“Bajingaaaaaaaaaan….”

Setelah teriakan itu suamiku merangsek dan meraih lelaki setengah telanjang yang belum usai melahap habis dari rasa terperanjaknya, sulaman hantaman dan pukulan tergulung dengan jerit gue dan pekik “ampuuunn…ammpuuunn…”.

Percuma leraianku terbalas dengan tamparan dipipiku serta umpatan “Jalaaanngg…”

Suara botol pecah, dan ambruknya ayah, bapak dari suami gue sekaligus ayah mertua gue, mengakhiri pergelutan di dini hari itu, ibu menghambur menyongsong ayah yang sudah terkapar dan tak berdaya di lantai kamar gue.

<<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...