Kamis, 17 Maret 2011

Sayap-sayap (Tak Jadi) Patah

***

Aku terdiam selalu di tanah lapang ini

Tercenung dibalik ilalang dan desir bayu

Rimpun ilalang menghimpun deritaku

Desir bayu mengusir gairah resahku, memusar tercerabut aku dari diamku

***

Dulu aku terbang menjauh dari bumi hijau permadani

Kurangkai untai sulur-sulur bunga bumi kumahkotakan untukmu

Kini apalah aku hanya memandang kawanan burung yang kini melebihi kemampuanku

Sayap-sayapku sakit tak bisa kukembangkan, hampir patah.

***

Meski disini lagu semanis madu

Tapi kerinduaku ialah air mata yang menetes pedih

Semburat awan-awan putih mencitrakan wajahmu bermuram durja

Tapi apalah dayaku, aku nada yang terhilang dari irama, pergi

***

Ribuan tahun aku bergembira mabuk anggur cinta dengan kekasihku disana

Kini, aku terdampar mengungkap dan menangkap suara dan cahaya-cahaya purba

Gagasan Tuhan tlah mematahkan sayapku dan menghempaskanku jatuh jauh kebumi

Gagasan Tuhan pula yang akan berkenan menyambungnya dengan jari-jari ajaib-Nya. mungkin

***

Manusia bersukacita menyambut dan menyembah-nyembah kedatanganku

Kuil-kuil emas dengan seribu arca dibangun untuk tempat tinggalku

Lama nian aku terlena dengan segala keindahanya, dan lupa akan kesejatianku

Malam selalu atas mengatasi dan menyembunyikan kerajaanku yang kini hilang dibalik semburat bulan.

***

Wahai roh-roh malam nan hening berikanlah aku kedamaian

Agar, Sayap-sayapku tak jadi patah

Agar kekasihku dilangit berbahagia dan cintaku yang dibumi bersukacita

Kegembiraan menjauhkanku dari Tuhan, tapi dibalik keheningan aku menemukan-Nya

***

Kini seribu telapak surya menginjaku

Sayap-sayapku sudah tersambung kubentang dan kuhimpun perca-perca cahaya kerinduan, dibaliknya

Kulihat disana kekasihku sedang memulas-mulas pipinya yang sudah ranum

Kebenaran cinta seperti permainan petak-umpet, cinta bersembunyi dibalik hatiku, sedang aku gelisah mencaricari kemana ia bersembunyi, dalam wujud kau dan aku saling hilang dibalik budi pekerti dan cinta yang tak jadi sarana ia hanya menjadi permainan semata, hingga kurangkum senyum dan tangismu dan kuartikan itu adalah cinta. Meski itu fana namun ia bercahaya dalam hatiku, gelombang kata-katamu menjelama menjadi tangan-tangan lembut, indah…indah… . Sampai penembang-penembang mulia itu melagukan sukaduka hatinya mengangkatku dari mimpiku, “Aku masih disini, aku manusia, aku pecinta, aku, bumi, dan sayapku…kerinduan yang abadi didalam kuil keabadian…”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...