***
Aku terdiam selalu di tanah lapang ini
Tercenung dibalik ilalang dan desir bayu
Rimpun ilalang menghimpun deritaku
Desir bayu mengusir gairah resahku, memusar tercerabut aku dari diamku
***
Dulu aku terbang menjauh dari bumi hijau permadani
Kurangkai untai sulur-sulur bunga bumi kumahkotakan untukmu
Kini apalah aku hanya memandang kawanan burung yang kini melebihi kemampuanku
Sayap-sayapku sakit tak bisa kukembangkan, hampir patah.
***
Meski disini lagu semanis madu
Tapi kerinduaku ialah air mata yang menetes pedih
Semburat awan-awan putih mencitrakan wajahmu bermuram durja
Tapi apalah dayaku, aku nada yang terhilang dari irama, pergi
***
Ribuan tahun aku bergembira mabuk anggur cinta dengan kekasihku disana
Kini, aku terdampar mengungkap dan menangkap suara dan cahaya-cahaya purba
Gagasan Tuhan tlah mematahkan sayapku dan menghempaskanku jatuh jauh kebumi
Gagasan Tuhan pula yang akan berkenan menyambungnya dengan jari-jari ajaib-Nya. mungkin
***
Manusia bersukacita menyambut dan menyembah-nyembah kedatanganku
Kuil-kuil emas dengan seribu arca dibangun untuk tempat tinggalku
Lama nian aku terlena dengan segala keindahanya, dan lupa akan kesejatianku
Malam selalu atas mengatasi dan menyembunyikan kerajaanku yang kini hilang dibalik semburat bulan.
***
Wahai roh-roh malam nan hening berikanlah aku kedamaian
Agar, Sayap-sayapku tak jadi patah
Agar kekasihku dilangit berbahagia dan cintaku yang dibumi bersukacita
Kegembiraan menjauhkanku dari Tuhan, tapi dibalik keheningan aku menemukan-Nya
***
Kini seribu telapak surya menginjaku
Sayap-sayapku sudah tersambung kubentang dan kuhimpun perca-perca cahaya kerinduan, dibaliknya
Kulihat disana kekasihku sedang memulas-mulas pipinya yang sudah ranum
Kebenaran cinta seperti permainan petak-umpet, cinta bersembunyi dibalik hatiku, sedang aku gelisah mencaricari kemana ia bersembunyi, dalam wujud kau dan aku saling hilang dibalik budi pekerti dan cinta yang tak jadi sarana ia hanya menjadi permainan semata, hingga kurangkum senyum dan tangismu dan kuartikan itu adalah cinta. Meski itu fana namun ia bercahaya dalam hatiku, gelombang kata-katamu menjelama menjadi tangan-tangan lembut, indah…indah… . Sampai penembang-penembang mulia itu melagukan sukaduka hatinya mengangkatku dari mimpiku, “Aku masih disini, aku manusia, aku pecinta, aku, bumi, dan sayapku…kerinduan yang abadi didalam kuil keabadian…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar