Senin, 23 Mei 2011

Garansi Keamanan untuk Wong Cilik

ilustrasi/google

ilustrasi/google

Kocap kocarita, desas desus perekrutan anggota Negara baru semakin marak dengan modus yang beraneka ragam dan sasaran beraneka ragam pula, bahkan konon anggotanya dari kalangan politikus, akademisi, dan kalangan public figure negeri ini. Menjadikan masyarakat terutama orang tua menjadi was-was dan khawatir.

Satu lagi yang tak kalah seru adalah perekrutan calon pengantin, bukan untuk dinikahkan dengan wanita, tapi perekrutan calon pengantin yang ini akan dinikahkan dengan bom.loh…kok bisa?

Ya… pernikahan pasangan pengantin ini akan menghasilkan anak kehancuran dan nyawa. Jargon “Jihad fissabilillah” di fahami secara frontal, bahwa yang tak sefaham denganya adalah kafir, bahkan seluruh Elelmen Negara dikatakan kafir karena menggunakan azas pancasila bukan islam.

Karena dua fenomena ini khalayak menjadi semakin ekstra hati-hati dalam bersosialisasi.

Di sebuah gerbong kereta jurusan Bogor seorang PNS bernama Lian pernah menjadi korbannya, untungnya korban akhirnya selamat dan ditemukan sedang linlung di sebuah masjid di kawasan puncak.

Nantinya, diantara gerbong ke gerbong, diantara penumpang akan sepi tanpa tegur sapa, hanya ada suara derak gesekan antara roda besi dan landasan kereta, takut untuk beramah tamah dengan orang dibangku sebelah, siapa tahu dia tukang cuci, cuci otak!

Deterjenya lebih berbahaya dibanding pemutih kain supermahal.

Didalam bus, mungkin nantinya kita akan lebih baik berpuas dengan rasa haus, daripada menerima belas dari teman sebangku yang menawarkan air minum, takut, kalau-kalau airnya sudah dicampur dengan obat bius?cuci otak lagi!

Bukan kita malas untuk shalat berjamaah, beribadah meinggu ke gereja, bekerja lembur di pabrik atau perusahaan, tapi berikan jaminan bahwa masjid kami tak ada bom, gereja kami tak ada bom, dan pabrik atau perusahaan kami juga tak sedang dipasangi bom waktu, yang kapan saja bisa meledakan kami.

Bukan kami tak berani, tapi berani hidup dengan sungguh-sungguh kan lebih mulia daripada mati konyol.

Bukan kami tak mau percaya lagi dengan system keamanan transportasi di republik ini, mungkin stempel peron, dan tiket penumpang harus dibubuhi stempel tambahan “ORANG INI BUKAN TUKANG CUCI OTAK” atau “ORANG INI BUKAN TERORIS” setelah penumpang di periksa.

Mungkin juga di pintu masuk bandara, setasiun, dan terminal ada tulisan besar “SETASIUN, BANDARA. ATAU TERMINAL INI BERSIH DARI TUKANG CUCI OTAK DAN TERORIS”. Dan semua minuman kemasan setelah stempel halal dibubuhi juga stempel “TIDAK MENGANDUNG OBAT BIUS”.

Government kita memberikan jaminan keamanan penuh pada pejabat dan preseiden terutama, dan jaminan keamanan untuk rakyat/wong cilik apakah sudah terjaminan…? Adakah garansi itu untuk kita?

Selamat menempuh perjalanan SEMOGA SELAMAT SAMPAI TUJUAN DAN ANDA TIDAK NYASAR KE JURUSAN ALIRAN SESAT ATAU MATI KONYOL.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...