Senin, 23 Mei 2011

Jangan Meributkan E-mail, Plesiran, Tak Subtantif, Cuma [Guyon] kok!

Masihkah anda mau terus serius di Negara yang govermentnya tidak serius…? Kenapa anda tidak “Guyon” saja. Kenapa harus guyon…? Ya iyalah goverment kita saja terus-terusan guyon.

Sudah begitu banyak guyon yang tercipta dari government kita . Sidang paripurna yang melompong dengan banyak kursi kosong, sidang paripurna yang menjadi sidang pelepas lelah karena banyak peserta sidang paripurna yang tertidur, hayoooo… masih ada lagi yang lain, telpon-telponanlah, sms-anlah.

Yang terbaru adalah sidang paripurna diplesetkan menjadi “sidang pariporno”, saat ada anggota yang tertangkap kamera sedang menonton video “Bokep” saat sidang berlangsung. Meski tak lama kemudian anggota dewan tersebut secara legowo mengundurkan diri. Ngakak plus miris itulah kelakuan wakil kita di Senayan sana.

Konon, mereka sudah nglurug jauh-jauh ke eropa menimba ilmu etika melalui Acara Plesiran eh… maaf “Study Banding” ke Negara eropa sono, ke Yunani-lah, kemana-lah? Guyon lagi.

Ada guyon baru lagi masih anget baru kemarin-kemarin ini anggota KOMISI 8 yang ngotot study banding ke Melbourne – Australia menjadi bahan guyon mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Melbourne, saat salah satu anggota Komisi 8 ada yang kebingungan ketika ditanya akun e-mail resmi Komisi 8, yang ternyata emailnya tidak valid alias tidak ada akun atas nama komisi8@yahoo.com. Guyon lagi.


Selain, itu para teman-teman mahasiswa banyak mengkritisi kunjungan study banding anggota komisi 8 yang konon agendanya ngawur, lah wong… anggota dewan di Melbourne lagi pada libur ko… mereka datang, mau study banding UU fakir miskin apa mau ngapain Pak…? ”Guyon lagi”

Konon, estimasi biaya study banding salah waktu itu sampai 800 juta. Akan lebih bermanfaat lagi kalau duit sebanyak itu dialihkan untuk membenahi gedung Sekolah Dasar(SD) Negeri, Karang Patri 05 yang terletak di RT. 10/04 Des Karang Patri Kecamatan Pebayuran Kabupaten Bekasi dan Sekolah-sekolah lain di Nusantara yang masih jauh dari layak disebut sebagai tempat untuk menimba ilmu.

***

Mbok kalo mau study banding etika ga usah jauh-jauh… bukankah Negeri kita juga negeri yang kaya akan etika, banyak nilai-nilai kearifan local kita yang bisa saja jadi referensi untuk para anggota dewan untuk berguru etika.

Kita orang timur apa iya harus mencontoh lagi etika barat yang dulu pernah diajarkan orang-orang eropa yang pernah kita perangi agar pergi dari nusantara, membawa serta nilai penjajahan fisik dan non-fisik.

Kalau mau belajar tidak terlambat masuk ke ruang sidang ya lihatlah anak-anak TK yang pagi-pagi sudah sibuk menyiapkan diri untuk menimba ilmu, kalau mau belajar agar tidak mengantuk saat sidang, ya belajarlah pada kuli panggul dipasar-pasar yang rela tak tidur menunggu barang yang akan dibongkar dan dimuatkan.

Para dubes Negera tertuju mestinya mencontoh duta besar Indonesia untuk swiss Djoko Susilo yang dengan tegas menolak kedatangan rombongan anggota DPR ke swiss karena akan sia-sia saja, masalahnya anggota parlemen swiss pada saat tanggal bulan kunjungan yang ditentukan sedang libur pula. “Ah gagal deh foto-foto di gletser terpanjang dan paling indah di Pegunungan Alpen dengan panjang 23 km.” Guyon.

Salut dari kami wong cilik untuk Pak Djoko Susilo.

Sementara SD kita masih compang-camping masihkah kalian ingin membangun gedung baru yang konon bermiliaran harganya.

Huuusss… sudahlah jangan meributkan masalah email, plesiran, dan gedung baru, itu tidak subtantif mari kita lihat saja dari gaji yang sudah kita bayarkan kepada mereka, akan dikembalikan dalam bentuk guyon apalagi?. (*)

Masihkah anda mau terus serius di Negara yang govermentnya tidak serius…? Kenapa anda tidak “Guyon” saja. Kenapa harus guyon…? Ya iyalah goverment kita saja terus-terusan guyon.

Sudah begitu banyak guyon yang tercipta dari government kita . Sidang paripurna yang melompong dengan banyak kursi kosong, sidang paripurna yang menjadi sidang pelepas lelah karena banyak peserta sidang paripurna yang tertidur, hayoooo… masih ada lagi yang lain, telpon-telponanlah, sms-anlah.

Yang terbaru adalah sidang paripurna diplesetkan menjadi “sidang pariporno”, saat ada anggota yang tertangkap kamera sedang menonton video “Bokep” saat sidang berlangsung. Meski tak lama kemudian anggota dewan tersebut secara legowo mengundurkan diri. Ngakak plus miris itulah kelakuan wakil kita di Senayan sana.

Konon, mereka sudah nglurug jauh-jauh ke eropa menimba ilmu etika melalui Acara Plesiran eh… maaf “Study Banding” ke Negara eropa sono, ke Yunani-lah, kemana-lah? Guyon lagi.

Ada guyon baru lagi masih anget baru kemarin-kemarin ini anggota KOMISI 8 yang ngotot study banding ke Melbourne – Australia menjadi bahan guyon mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Melbourne, saat salah satu anggota Komisi 8 ada yang kebingungan ketika ditanya akun e-mail resmi Komisi 8, yang ternyata emailnya tidak valid alias tidak ada akun atas nama komisi8@yahoo.com. Guyon lagi.

Selain, itu para teman-teman mahasiswa banyak mengkritisi kunjungan study banding anggota komisi 8 yang konon agendanya ngawur, lah wong… anggota dewan di Melbourne lagi pada libur ko… mereka datang, mau study banding UU fakir miskin apa mau ngapain Pak…? ”Guyon lagi”

Konon, estimasi biaya study banding salah waktu itu sampai 800 juta. Akan lebih bermanfaat lagi kalau duit sebanyak itu dialihkan untuk membenahi gedung Sekolah Dasar(SD) Negeri, Karang Patri 05 yang terletak di RT. 10/04 Des Karang Patri Kecamatan Pebayuran Kabupaten Bekasi dan Sekolah-sekolah lain di Nusantara yang masih jauh dari layak disebut sebagai tempat untuk menimba ilmu.

***

Mbok kalo mau study banding etika ga usah jauh-jauh… bukankah Negeri kita juga negeri yang kaya akan etika, banyak nilai-nilai kearifan local kita yang bisa saja jadi referensi untuk para anggota dewan untuk berguru etika.

Kita orang timur apa iya harus mencontoh lagi etika barat yang dulu pernah diajarkan orang-orang eropa yang pernah kita perangi agar pergi dari nusantara, membawa serta nilai penjajahan fisik dan non-fisik.

Kalau mau belajar tidak terlambat masuk ke ruang sidang ya lihatlah anak-anak TK yang pagi-pagi sudah sibuk menyiapkan diri untuk menimba ilmu, kalau mau belajar agar tidak mengantuk saat sidang, ya belajarlah pada kuli panggul dipasar-pasar yang rela tak tidur menunggu barang yang akan dibongkar dan dimuatkan.

Para dubes Negera tertuju mestinya mencontoh duta besar Indonesia untuk swiss Djoko Susilo yang dengan tegas menolak kedatangan rombongan anggota DPR ke swiss karena akan sia-sia saja, masalahnya anggota parlemen swiss pada saat tanggal bulan kunjungan yang ditentukan sedang libur pula. “Ah gagal deh foto-foto di gletser terpanjang dan paling indah di Pegunungan Alpen dengan panjang 23 km.” Guyon.

Salut dari kami wong cilik untuk Pak Djoko Susilo.

Sementara SD kita masih compang-camping masihkah kalian ingin membangun gedung baru yang konon bermiliaran harganya.

Huuusss… sudahlah jangan meributkan masalah email, plesiran, dan gedung baru, itu tidak subtantif mari kita lihat saja dari gaji yang sudah kita bayarkan kepada mereka, akan dikembalikan dalam bentuk guyon apalagi?. (*)

Dan, ketahuilah kalo tidak plesiran eh study banding itu tidak indonesia.

PESAN TERAKHIR PENULIS SEBELUM ACOUNT BROADBAND PENULIS HABIS

“KORUPTOR LEBIH BERBAHAYA DARI TERORIS”

Sumber Gambar : Google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...