Rabu, 18 Mei 2011

Sisupala dan [Angkaranya] Malaysia

Tahukah sobat siapa itu Sisupala?

Sisupala adalah raja disebuah wilayah kerajaan kecil yang masih dalam wilayah administratif Kerajaan Ngastina.

Sisupala bayi dilahirkan dalam bentuk seperti gurita tanganya berjumlah empat berbentuk tentakel-tentakel, dan matanya ada tiga buah, badanya berkilau-kilau karena lender-lendir yang terus keluar dari kulitnya.

Sabda langit “mengatakan sisupala bisa kembali menjadi manusia normal asalkan dipangku seseorang istimewa yaitu titisan wisnu, begitupun ajalnya ada ditangan orang tersebut” akhirnya kedua orang tuanya Damagosa dan Srutadewa dari kerajaan chedi urung membuang sisupala bayi gurita.

Kenapa sisupala bermata banyak dan bertentakel seperti gurita?

Konon, ibunya yang sedang hamil punya hobi mengintip orang mandi, dan kala Resi Hudaya sedang mandi di telaga, dari balik rimbunya semak di pinggir telaga ia mengendap-endap dan mengambil pakaian sang resi, Sang Resi yang sedang asyik mandi kaget manakala kakinya seperti dihentak oleh belut besar, sang resipun berenang dan berlari keluar dari telaga tanpa sehelai benangpun, sial saat mengahampiri pakaiannya sudah tidak ada.

Sayup-sayup dari balik rimbunya semak-semak sang resi mendengarkan suara perempuan tertawa kecil melihat sang resi yang sudah dalam kondisi bugil. Kemudian sang resi bicara :

“Hai… siapapun itu yang mengintipku mandi, kelak kau akan melahirkan anak berkaki banyak seperti gurita dan kulitnya licin seperti belut, pertanda ibunya suka berjalan diam-diam untuk mengintip orang mandi”

Begitulah ihwalnya.

Tapi siapakah titisan wisnu yang akan membuat bayi itu kembali menjadi manusia, tentulah orang itu Prabu Kresna, yang masih terhitung saudara sepupu bayi sisupala.

Saatnya pun tiba saat keluarga kresna Prabu Basudewa berkunjung ke kerajaan chedi untuk menengok keponakanya, kresna pun turut serta, hal ajaib pun terjadi saat kresna memangku sisupala saudara sepupunya seketika tangan tambahan, dan mata si bayi itu menjadi normal. Permaisuri Srutadewa akhirnya mengetahui bahwa ajal anaknya ada ditangan kresna, memohon kresna agar tidak membunuh anaknya suatu saat.

Kresna menyetujui asalkan sisupala tidak menghina bertubi-tubi lebih dari seratus kali apalagi didepan khalayak ramai, apabila itu terjadi kresna tak segan-segan membunuh sisupala.

Benarlah, pada saat upacara Sesaji Raja Suya yaitu hajatan penobatan dan pengukuhan sulung pandawa yaitu prabu yudisthira sebagai Raja dari seribu raja Nusantara. Seribu raja taklukan dari penjuru Bharatawarsa hadir di aula kerajaan Astina termasuk sisupala dari dari kerajaan chedi. Disaat suasana khidmat terdengar suara sisupala tak berhenti mengumpat, dan menghina, Sri Kresna, sampai saat pemberian penghargaan pada penasihat Pandawa itu akan diberikan oleh Resi Bisma, sisupala tak berhenti menghina, dan mengolok-olok dan menantang Sri Kresna untuk mengadu Kesaktian.

Sesuai janjinya Kresna bangkit dari tempat duduknya, kemauan sisupala dikabulkan untuk bertarung, perkelahian tak imbang dengan cakra sudarsana leher sisupala ditebas dan menggelinding di lantai aula astinapura.

Ilustrasi/wikipedia
Ilustrasi/wikipedia

***

Dalam versi pewayangan lain, tak peduli seberapa banyak penghinaan dari sisupala Kresna akan selalu bersabar dan memaafkan, asalkan penhinaanya tidak dihadapan seratus orang.]

Cerita pewayangan klasik ini bisa direfleksikan dengan hubungan Indonesia dan Negeri Jejiran Malaysia, Kresna memberikan syarat kepada sisupala agar tak sampai menghinanya lebih dari seratus kali didepan seribu orang, kita tinggal menghitung saja sudah berapa kali Malaysia menghina dan menyakiti hati bangsa Indonesia (Belum sampai sertus kali…?), dengan adanya media massa Penghinaan Malaysia terhadap Indonesia disaksikan lebih dari Seribu orang bahkan berjuta-juta bahkan mungkin milyaran manusia di seluruh dunia.

Begitu murah hatinya Kresna dia mau memberikan penyelamatan pada Sisupala sang bayi Gurita, sehingga ia bisa menjadi manusia normal. Tak kurang murah hati seperti lagi Indonesia yang dengan sukarela memberikan guru untuk mengajar di Malaysia, para ahli, termasuk guru musik keroncong untuk mengajar Malaysia, tapi lihatlah apa dilakukan sisupala terhadap kresna, dan Malaysia terhadap…

Sekian, Saya cerita bejatnya si supala dengan macapat Dandhanggula

“La mun sira, anggeguru kaki

Amiliha, manungsa kang nyata

Ingkang becik martabate

Sarta kawruh ing ukum

Kang ngibadah, lan kang ngirangi

Sukur oleh wong tapa

Ingkang wus amungkul

Tan mikir paweweh ing lyan

Iku pantes, sira guronana kaki

Sarta neka wruhana”

Macapat “Dhandhanggula” tafsirnya disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...