Sabtu, 30 Oktober 2010

Hari Yang Lain Di Surga (Another Day In Heaven)


Ditulis oleh Edi Siswoyo
Diunggah oleh Edi Siswoyo


Apa kabar… kegelisahan…?
Aku yang mengunjungimu melalui kata
Kau juga… Kesedihan…?
Aku yang mengeja-mu seraya air mata

Hitammu… yang malam gelap berikan
Ceritamu… yang alam bisikan
Sumpahmu… yang angin dan laut ucapkan
Cintamu… lantang menyerapah pada hatiku

Kini kau dan aku saling hilang
Menurutkan kaca, saling bilang
“Aku surgamu, kau surgaku”
“Perpisahan itu nerakamu, nerakaku”

Mari genggam jalin erat tanganmu pada tanganku
Pagutkan mimpimu pundaku
Mari kita temukan hari baru
Hari Yang Lain di Surga

Mari, jamahlah sayapku
Kujamasi kesedihanmu, dan kita saling muksa dalam keabadian
Mari, cium penuh bibirku
Kuulangi kebahagian, dan kita sama mengabdi pada kesejatian

Iya…iya… ini masih ada pada tanah hati
Senyumu yang tersungging tulus
Iya… iya… ini sudah kuambil dari mimpi
Kusimpan, ucapan cintamu yang bak pedang menghunus

Beda adalah tangisanmu pada roh malam nan gelap
Bila kita perbincangkan semuanya hingga lelap
Rindu, cinta, Tuhan, dan hari yang lain di Surga
Menjadikan semuanya keinginan dalam do’a semata

Aku menoleh pada jiwamu yang menobatkanku, bijaksana
Dengan mata telanjang akan kuambil mahkota, dari tahtamu
Karena aku yang terpilih untuk berlutut didepanmu
Menyahut segala sabdamu, untuk memimpin surgaku, surgamu

Akan kulanjutkan langkahku, menuju kau yang bijaksana
Jiwamu yang terpencil akan ku pingit dalam pandangan
Telah tibalah masa kita menatap jantung malam bersama
Mengiba pada Kekasih Yang Sejati (Tuhan), dan memaksa-Nya agar dapat kita ambil senyum-Nya

Inilah yang kuingat dalam ketidakadaran, bahwa semuanya untukmu
Kucuri permata inti samudra, saat dewi-dewi terlelap tidur
Dan pantai yang sedang mabuk, menerimaku dalam bisu
Lalu kupersembahkan semuanya keharibaanmu

Lihatlah kekasihku, semuanya sedang terhenyap dalam tipuan malam
Terlelap dalam buaian nan alpha, mereka tak mengerti tentang sesuatu yang dalam
Tentang hari yang lain di Surga, Tak sekali jua mereka faham
Dalam rengkuhan dan pangkuan Kekasih Yang Sejati, bukan malam

Sayang seribu kali sayang, aku terjaga sendiri
Menghalau malam mengumpulkan kekuatan
Sesekali berpanjang desah nafas, sesekali berdendang tentang hati
Sayang, aku tetap terjaga, agar dapat melihat wajahmu yang tanpa topengan

Sayang seribu kali sayang, aku tak kunjung bersedih hati
Aku kan pemuja cinta sejati, dengan kebenaranya yang perkasa
Sesekali kepedihan pun terbalas seraya cahayamu nan hakiki
Sayang, aku bayang-bayang dewa mengitar pada mayapada

Sang Pecinta akan abadi bersama kekasihnya
Dipingit dalam kesejatian & keabadian oleh Kekasih Yang Sejati (Tuhan)
Tidak jua menari dan menangis lagi diatas altar kepedihan dan siksa
Semuanya Abadi... Abadi... Abadi, Suatu hari kelak


Di, Hari Yang Lain Di Surga
In, Another In Heaven...



Disadur Penuh dari Laman Otak yang terkontaminasi virus Gibranisme, Rendraisme, Sudjiwotedjoisme, Jancukisme :

"Bebaskan hati & otakmu untuk memilih apa yang ingin diejahwantahkanya melalui mulut dan tanganmu, lalu lihat dan biarkanlah dunia akan memandang & menilai kita penjahat atau bestari seperti apa, sawang sinawang," Oleh. Edi Siswoyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...