Minggu, 31 Oktober 2010

Lihatlah Akibat Jika Anda Mulai Main-main Dengan Tuhan



Ditulis oleh Edi Siswoyo
Diunggah oleh Edi Siswoyo



Tuhan tidak selalu diam ketika kita bertingkah pola seperti apapun diatas Bumi-Nya
Tuhan memberikan kita beberapa kewajiban sebagai umat beragama yang berke-Tuhanan
Kemudian kewajiban Tuhan menjadi sebuah pilihan (dilaksanakan / dilalaikan), karena kita manusia yang berakal, dan dengan kesibukan dan urusan-urusan dunia kita.
Tuhan membebaskan anda memilihnya, tapi
Ketika anda mulai bermain-main dengan Tuhan

"Lihatlah Akibat Jika Anda Mulai Main-main Dengan Tuhan"


Dus…Wedus Gembel…
Kemarin masih kudengar nyanyian Dus…Wedus Gembel…
Kemarin jelas benar, awan nan putih masih berlagu Dus…Dus…Wedus Gembel…
Sumpah telingaku tak gagap, mendengar lagu itu seraya senyumnya

Lelaguan itu menghenyapkanku dari keterjagaan
Pagi dan secangkir kopi tak begitu berarti tanpa lelagu Dus…Wedus Gembel…
Lelaguan itu, hampir membuatku lupa akan kesejatian
Pagi dan senyum kecil anak-anak lereng seraya lelagu Dus…Wedus Gembel…

Keindahan yang tak dibuat-buat, walau diramu dari ketakutan
Lukisan nan elok, walau dipulas pada lembar kain alam
Cinta adalah malamnya
Kasih adalah sewidara rajutan benangnya...

Tapi kini...

Huuusss…Dus…Wedus Gembel…
Kini kulagukankan lirih sendiri, sedikit takut seraya mimpi membisik
“eee… yaaa….eee…yooo…dia bersekutu” mimpi membisik
“eee… yaaa….eee…yooo…sekutu yang mengerikan” mimpi membisik
Siapa saja sekutunya...?
“eee… yaaa….eee…yooo…lahar bumi,awan panas , dan mata angin ” mimpi membisik

Selepas terbangun dari henyapku…
Persekutuan sombong itu, sudah membumbung tinggi…
Selepas menyeka keringat gelisahku…
Sekutu itu sudah melumat rumahku, ladangku, saudara-saudariku,

Sungai-sungaiku penuh dengan laharnya
Menyerapah mati...mati...pada apa saja yang dilaluinya
Langit-lagit memerah marah...dengan abu panasnya
Membungkam mulut dan hidung, mati...mati...pada setiap makhluk yang ada di depanya

Duh..Gusti...Gusti... Tolonglah kami
Kata itu selalu ada pada saat seperti ini
Ya Allah..Ya Allah...Selamatkan kami
Kata itu selalu membahana seraya tangis

Ya Tuhan...Ya Tuhan...Lindungi kami
Do'a itu bertabur selayak debu...

Aku mendengarnya lagi…
Dus…Dus…Wedus Gembel…Dus…Dus…Wedus Gembel…
Rentetan tangis,pekikan teriakan, ibu…ibu…ibuuuu….
Ponirah kecil pontang-panting mencari-cari ibunya

Aku mendengarnya lagi…
Dus…Dus…Wedus Gembel…Dus…Dus…Wedus Gembel…
Pucat, gundah, menada pada ketakutan...anaku..anaku..
Sumiyem yang renta pontang-panting mencari-cari keluarganya

Mega mawujud kolo...
Tanganya sedang mencoba mengapai-gapai leher-leher setiap kehidupan
Daun-daun,hewan-hewan, tak pelak juga manusia-manusia
Manusia-manusia mencoba berlari menghindar dari tangan-tanganya

Serik nangis mawurahan ambata rubuh gumerah
Berlari menyelamatkan nyawa yang tinggal teronggok dalam jiwanya

Udara sore yang masih suci di perkosa
Hawa panas dicucukan pada hidung-hidung kehidupan
Meronta, manangis, menjerit, menyerapah dan menghiba tolong...tolong...
Demi setarik helaan nafas untuk kehidupan

Ya Allah...
Mereka sedang membawa sesuatu
Keyakinan mereka akan-Mu

Ya Allah...
Mereka sedang menangisi sesuatu
Harta terakhir yang meghuni raga mereka, roh Dari-Mu

Dus…Wedus Gembel…
Ini Yang Terakhir, nyawa kami
Dus…Wedus Gembel…
Ini Nafas Yang penghabisan

Untuk kesekian kali kau curi hak kehidupan kami dari tangan Tuhan
Kau ambil lagi nyawa-nyawa kami yang masih dielus-elus Tuhan
Kau akan mengubur kami semua, dalam kehidupan kami yang tinggal setengah
Secanting nyawa yang masih kami bawa berlari sedang kau kejar untuk dibinasakan

Gustiiii...ampunilah kami...
Ini nyawa kami yang Kau pelihara dengan kesungguhan-Mu
Roh pernah Kau tiupkan sebelum nafas kami jatuh pada bumi pertiwi
Gustiiii...ampunilah kami...

Duh... Gustiii...
Mungkin dengan cara ini kau menghukum kami
Yang kadang sering iseng-iseng dengan alam-Mu
Yang kadang setengah hati mensyukuri segala anugerah-Mu

Duh... Gustiii...
Mungkin beginilah cara-Mu, menentukan nyawa kami
Mengakhiri tugas kami diatas bumi-Mu
Tugas suci yang kadang kami jadikan main-main
Dengan menumpuk-numpuk dosa kami secara sadar dan dibawah sadar

Mungkin beginilah caramu menegur kami
Yang terlalu congkak berjalan diatas mayapada-Mu
Terlalu lelap dengan nikmat dunia
dan Setengah hati menyembah-Mu

MasyaAllah...Mungkin sekarang saatnya kita berkaca
Bahwa kita kotor dalam raga kita yang kita anggap bersih
MasyaAllah...Mungkin sekarang saatnya kita mulai berfikir untuk membalas
Membalas dengan sedikit ibadah, atas nikmat-Nya yang beitu banyak

Maaf kami mungkin terlambat Tuhan...
Kami yang selalu menyerapah dan bertanya-tanya
Darimana...? darimana...? darimana kami mulai bersyukur...?
Kami bodoh Ya Allah... kami yang pandir Ya Allah...

Padahal saat kami terbangun dari tidur kami, dengan nafas yang masih berhembus
Dua tangan ini masih kokoh menempel pada badan kami Ya Allah
Sepasang kaki, mata, hidung, mulut dan semuanya masih normal
Disinilah kami harus memulai bersyukur...

Ya Allah...
Mungkin dengan bencana disana-sinilah
Caramu mencabut kesombongan, kemunafikan, keiseng-isengan kami, kekufuran kami dari ubun-ubun dan hati kami
Yang sudah kadung mengakar, tumbuh dan menjadi benalu pada fikiran kami

Kau sudah garuk kami, Kau tempeleng kami dengan sakit kepala dan meriang
Tapi hanya disaat seperti itu saja kami menyebut asma-Mu
Kami selalu mengulang - ulang dosa kami
Kami selalu membuat-Mu berang dengan tingkah laku kami

Nampaknya manusia-manusia tak kunjung sadar dari kekhilafanya
Alih-alih kami taubat, kami malah semakin asyik dengan dosa-dosa kami
Begitu rajin kita mengumpat, berzina, korupsi, memfitnah
Klimaksnya banyak manusia yang menyekutukan-Mu, dengan keduniawian

Wewanci, dan weworo yang Kau berikan tak pernah kami indahkan
Kami terlelap Ya Allah, kami hanyut Ya Allah,...
Dengan harta, wanita, kuasa, harta, wanita, kuasa
Yang tidak sadar semakin menjauhkan kami dari-Mu Ya Allah

Kami berlomba-lomba menumpuk harta dengan cara-cara yang tidak halal dan melupakan-Mu
Kami sibuk dengan urusan dunia kami dan lupa dengan urusan akhirat kami Ya Allah
Dunia menjadi kewajiban dan nomor #1, sedangkan keRabbanian jadi nomor #2
Begtiu hinanya kami Ya Allah...

Kini hanya dengan satu isapan jempol, satu kedipan mata-Mu
Allah mengakhiri, menghabiskan, semuanya, semudah Kau memberika-Nya
Harta kami yang tak seberapa, yang menjadikan kami sombong
Raga kami yang tak seberapa gagah/cantik, yang emnjadikan kami tak beriman

Kau lumat, luluh lantahkan...
Kesombongan, kecongkakan kami,...
Dengan wabah penyakit yang menistakan dan menderita

Banjir,

Puting beliung,

Tsunami,

Gunung meletus,

dan Gempa,

hancur...hancur..hancur...
Semuanya hancur...bahkan rumah 3 Milyard dan kecoa-kecoanya yang kami banggakan
Segalanya hancur...bahkan mobil sport termahal pun tak mampu melindungi kami dari murka-Mu
Kesombongan dan kepongahan kami, diusap, digaruk, ditampar muka kami dengan bencana yang menghancurkan

Ya Allah... Ya Tuhan kami...
Dimana kami kan bersembunyi dari murka-Mu
Selain dalam cinta kasih, dan ridho-Mu yang tak terbatas

Ya Allah kini hamba bersimpuh, duduk, berlutut di depan-Mu
Memohon dengan do'a, semoga sampai di haribaan-Mu
Kami mengais-ngais sisa-sisa kasih sayang-Mu
Akhiriilah penderitaan di Negeri kami

Akhirilah..akhirilah...akhirilah Ya Allah
Telah cukup ibu Pertiwi ini menangis
Sudahilah...sudahilah...sudahilah...Ya Allah
Telah cukup kami menanggung akibat dari dosa & kelalaian kami

Laaillahailla'anta Ya Allah...
Hanya Kepada-Mulah kami menyembah dan Hanya Kepada-Mulah kami memohon pertolongan...
Amin...Amin...Amin...Ya Robbal Alamiin...

***

"Lihatlah Akibat Jika Kita Mulai Main-main dengan Tuhan"


_______________________________________________________________________________________________
* * *

JAMAN WIS AKHIR

Jaman wis Akhir, Jaman Wis Akhir
Bumine Goyang Jaman wis Akhir,
Jaman Wis Akhir Bumine Goyang
Akale Njungkir, Akale Njungkir, Pikirane Nglambrang

Wolak-walike jaman sa'iki, Banyak Orang Gila, dianggap Kyai.
Semakin Gila, semakin menjadi Bertambah mini, Jarene Seni.

Semakin aneh, ulah manusia, banyak jalan terang,
milih jalan sunyi Dunia Nyata, malah nggak peduli, malah do' mikir dunia Memedi.

Jaman wis Akhir, Jaman Wis Akhir
Bumine Goyang Jaman wis Akhir,
Jaman Wis Akhir Bumine Goyang
Sing buri mungkir, rasah dipikir sing penting Goyang

Jaman wis Akhir, Jaman Wis Akhir Bumine Goyang
Jaman wis Akhir, Jaman Wis Akhir Bumine Goyang
Kakehan mikir, kakehan mikir, Kakehan Hutang!

***

"Lihatlah Akibat Jika Kita Mulai Main-main dengan Tuhan"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...