
Hujan dibelakang langkahku...
Menghapus Jejaku...
Sebentar lagi bayangpun akan menghilangkanku
Dari jagad...
Lagu bumi tak memberiku suara
Pagi tak membagiku cerita
Siang tak memberiku nada
Malam tak lagi menjagaku...
Hujan ambilah kepedihanku...
Gantilah dengan sedikit kerinduan
Agar kau dan aku hidup dengan jantung keabadian
Kau asyik riang walau menghilangkan benderang
Aku tak dapat membicarakan apa yang dikatakan dari hatiku, tapi airmata deras dari awan hatiku mewakilinya
Kejadian-kejadian yang telah berlalu,dianggap mimpi belaka,dan semua penyelamatanku tak berarti, dianggap percuma.
Hujan...,kini aku abadi bersama dirimu
Kau usaikan kesedihanku
Ceritamu jatuh dari langit
Aku mengigil karena pelukanmu
Tapi kini tak terukur kebahagianku
Kini melimpah kidungmu...
Meremah-remah, tercecer dan tak mampu untuk bersyukur dari tiap-tiapnya yang jatuh
Karena itulah begitu deras kau jatuh dari mata langit
Dan begitu deraslah bibirku bergumam syukur...syukur...syukur...
Walau ada meja pesta difikiran manusia aku berjanji aku tak akan pernah meninggalkanmu, untukmu
Walau teratai itu tak lagi tumbuh diatas hatiku, kini mawar telah kau semai untuku
Teratai telah memenjarakanku dalam derita dan kini kau bagai maut yang membebaskanku
Aku bersedih kesombonganya tak lagi menjadi nafasku, namun kini aku berbahagia karena mati dengan kebebasanmu
Meski nafasnya tak lagi memenuhi rongga dadaku
Kau melunakan seluruh jiwaku dengan suaramu
Meski pelukan kebohonganya tak lagi menenangkanku
kau ucapkan kaidah cinta abadi dan memeluku penuh damba
Hujan kini aku bahagia denganmu...
Akan kunyanyikan terus lagu-lagu harapan
Dengan iringan kecupan-kecupan sayang
Kekhawatiran ini sudah surut, dan aku akan berlutut menjamah hadiratNya
Memanjatkan do'a agar keluh kesah kita kecil diatasNya
Kebenaran cinta itu perkasa
Kelelahan akan menimpa
Namun tiada pernah aku akan binasa.
CGK, 03/10/2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar