Jumat, 15 April 2011

Padamu Nan Tak Akui Aku…

Terkaparlah aku

Menarik nafas sebalik tirai

Menyusun bayang maut

Belalak mata mati mataku

***

Najis aku…

Ludahi wajahku ludahmu

Anyir getir menyambar bak petir

Sayang itu berlalu diatas putingmu

***

Padamkan aku…

Siram bara sebatang rokok

Sebelum aku mati sempurna jadi abu

Kubur aku dalam selahat-lahatnya

***

Padamu nan tak akui aku

Akui nilaiku sebelum aku mati

Musik sang penyair tak berarti

Dendang kalbunyalah melebihi tuturnya

Nilaiku terkandung lebih dalam kalbuku

Ketimbang yang kugenggam di bibirku

***

Akulah raja penyair rindu

Terduduk diatas remuk puing istanaku

Kuceritakan citra dari abu-nya yang mengembara berserakan

Kesepakatan fikiranmu dan ceritaku adalah syair langgeng

Kutuliskan, kututurkan, dalam sadar, menjadi keabadian

***

Terkapar aku…

Najis aku…

Padamkan aku…

Padamu nan tak akui aku… (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...