Jumat, 15 April 2011

Zaman Goro-goro “Asmarandhana”

Illustrasi Punokawan/Koleksi pribadi

Inilah zaman goro-goro, zaman dimana manusia/masyarakat dipimpin para pemimpin yang bertopeng, raja atau presiden-nya bertopeng sampai prajurit, perdana menterinya bertopeng, zaman goro-goro dimana jeritan rakyat dianggap angin lalu, masa bodoh rakyat menangis yang penting “Aku Bahagia…”, Zaman goro-goro zaman pestapora para badut, penjahat dihormati, ulama dan tokoh agamis tak didengarkan petuahnya, koruptor di istemawakan, hukum dipelintirkan dengan kata-kata penipuan dan diperjualbelikan, orang cantik diagungkan yang akhirnya membawa petaka, karena tak mempedulikan akhlaknya.

Inilah zaman goro-goro geger semua karena satu duit, dua wanita, tiga tahta. Rakyat pun menderita, Oohh…paling special goro-goronya adalah pencuri kapuk dihukum beneran, sedangkan pencuri uang rakyat dibiarkan berkelana melanglang dunia.

Zaman goro-goro zaman dimana penjahat menjadi raja.

Zaman goro-goro, Asah, Asih, Asuh, menyusut dan hampir hilang berubah menjadi Asa, Asi, Asu. Asa dimana pemerintah hanya memberikan harapan kosong pada rakyat, tak peduli keegoisan tetap berlanjut walau rakyat menjerit, Asi dimana yang menjadi pemimpin, public figure, serta orang terpandang hanya menonjolkan nafsu, dimana bisa mereka bisa menunjukan, pastilah nafsu serakah yang mereka tunjukan, saling berlomba memperkaya diri dengan cara-cara menjijikan, saling bangga dengan hubungan diluar nikah, dan bangga setelah berhasil saling menghancurkan rumah tangga masing-masing dengan alasan cinta yang sebetulnya hanya nafsu belaka, Asu dimana mereka bertingkah bak binatang untuk tetap mempertahankan jabatanya apapun dilakukan bahkan membunuh bila perlu pun dilakukan, hancurkan saja tak peduli, penegak hukum pun tak jauh lebih sama, menjual hukum demi memperkaya diri,.

Teruslah seperti itu, yang salah dibebaskan, yang benar dijebloskan, teruslah bernyanyi-nyanyi di bukit kesabaran rakyat, teruslah berpestapora di lautan tangis rakyat.

Goro-goro.

Zaman goro-goro, dimana membunuh atas nama cinta dan agama dihalalkan. Yang benar saja…?

***

Alam bolak-balik… angin bolak-balik… langit bolak-balik… manusia bolak-balik… akalnya manusia terbolak-balik…. OOOoooo…. Angin menderu-deru memporakporandakan gubug tinggi ditengah-tengah sawah… cepot oh.. cepot cepot berlari tungganglanggang sembunyi dibalik belukar, ahh.. sial Bagong tak mengerti kalau cepot adalah dirinya, masuklah cepot dan bagong bersatu, oh…dawala pun tak mengerti kalau petruk adalah dirinya, maka bersatulah petruk dengan dawala. Inilah alam demokrasi dimana kita harus saling mengerti dan menjaga serta menghormati dalam segala perbedaan. Bhineka Tunggal Ika.

Jagad dibangun lalu dihancurkan, jagad dibangunkan dari tidurnya lalu ditidurkan lagi untuk tidak menyaksikan keserakahan, untuk tidak menyaksikan rambutnya meranggas dan……

Gundul Oh Gundul… Jagad gundul karena manusia tak mampu menjaga amanat.

Bum iwis gundul… bumi wis gundul… panas-panas manusia berteriak-teriak panas-panas, sebagaimana banyak sudut-sudut surga didunia, maka cicipilah sedikit panasnya neraka… Oh Neraka dunia, neraka yang dibuat oleh manusianya sendiri.

Eeee.. dan budaya… eee… budaya dua Negara satu benua memperebutkan budaya, ada yang dicolong, ada yang berteriak-teriak sibuk mendakwa maling tapi tak menjaga budayanya, membiarkan anak-anaknya menggandrungi justin beiber, dibelikanya kaset, baju, bahkan menyedihkan sekali rambutnya di potong ala justin beiber, dan berteriak maling ketika ada Negara lain mengakui batik, tapi anaknya tak pernah dibatiki, belajar batik, membatik, atau dijelaskan ini lho nak batik? Yang diperkenalkan adalah ini lho nak AW, ini loh nak Rapp, ini lho nak pizza, mengutamakan Good morning ketimbang wilujeng enjing, menutup mata “Nak duegm-lah” tak berniatkah kalian memperkenalkan macapat dan budaya kearifan lokal nusantara lainya…?

Eeee… taukah kalian Satria hebat Antareja dan Antasena? Tahukah kalian rebab? Antareja dan Antasena adalah dua ksatria yang lahir dari kearifan kita sebagai orang jawa yang tak mau menelan semangkuk makanan budaya india dalam khasanah mahabarata. Dan.. eeee… rebab yang merdu tak kalah dengan biola itu adalah hasil dari metabolisme pencernaan kearifan budaya nusantara, biola yang dibawa inggris tak serta merta dipakai tapi dimodifikasi dahulu menjadi rebab.

Eeee… Begegek ugek-ugek mbel-mbel sa’ndulito…

Budaya itu busana bangsa, tapi budaya itu seperti mata air yang dari semburnya mengalir bebas kesegala penjuru dari hulu sampai kehilir. Hilirnya jauh sekali. Pakailah airnya gunakan airnya, tapi ingatlah dari mana sumber air itu berasal, akuilah budaya secara arif, jika tak mampu menjaganya setidaknya jangan pernah menyalahkan bangsa lain mempelajarinya asalkan tidak mengakui. “INDONESIA TANAH AIR BETA, PUSAKA ABADI NAN JAYA, INDONESIA SEJAK DULU KALA TETAP DI PUJA-PUJA BANGSA, DISANA TEMPAT LAHIR BETA, DIBUAI DIBESARKAN BUNDA, TEMPAT BERHIBUR DI HARI TUA, SAMPAI AKHIR MENUTUP MATA..” Ki Semar menutup ceracaunya dengan Indonesia Pusaka.

Asmarandhana

***

Aja turu sore kaki

Ana dewa nganglang jagad

Nyangking bokor kencanane

Isine donga tetulak

***

Sandhang kalawan pangan

Yaiku bageanipun

Wong melek sabar narima

***

Aja turu sore kaki, jangan tidur terlalu sore, terjagalah bentangkan sajadah, bersimpuhlah dialtar, dan keimananmu.

Ana dewa nganglang jagad, ada Dewa/Malaikat sedang mengelana jagad disepertiga malam, mencari dirimu yang masih terjaga.

Nyangking bokor kencanane, Dicengkiwingnya bejana kencana, dari Yang Maha Rahmat, kau tahukah isinya…?

Isine donga tetulak, isinya do’a penolak bala, penolak bencana, penarik rezeki, petunjuk jalan terang.

Sandhang kalawan pangan, berkah pakaian serta makanan yang cukup, sandang untuk jasmani dan rohani, makanan untuk jiwa dan raga.

Yaiku bageanipun, Wong melek sabar narima, Yaitu bagian untuk orang yang tak pernah tertidur mata raga dan mata jiwanya, orang yang selalu melihat, nyalang matanya melihat segala sesuatu dan sabar menerima segalanya, tak pernah lupa saat ia jaya dan selalu bertawakal saat ia terpuruk. (*)

Ki Lurah Semar, Petruk, Bagong, dan Nala Gareng, mari duduklah bersama mereka dan temukanlah kedamaian dari dirimu sendiri.

1 komentar:

  1. Sugeng Enjing...maos corat-coretipun panjenengan kulo kesengsem..."unik" ning "komunikatif"...kebak pitutur lan paeling
    salam kenal "Maskur" saking gresik jawa timur..

    BalasHapus

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...