Jumat, 24 Desember 2010

Balada Wayang Ponokawan_Episode 3 : Naturalisasi Menjelang Perang Baratayudha


Ditulis oleh Edi Siswoyo
24 Desember 2010

Diunggah oleh Edi Siswoyo


Melongok keberhasilan Negeri jejiran/tetangga N.K.R.I yang menaturalisasikan beberapa pemain londo kedalam Skuad Garuda Merah Putih, dan akhirnya bisa mengganyang Negeri Jiran Malaysia dengan Skor telak 5 - 1, Menghantam Laos dengan skor telak pula 6 - 0, menghentikan langkah musuh bebuyutan thailand dengan skor tipis 1 - 0, dan dengan agregat 2 - 0 memupus harapan philipina untuk maju ke semifinal.

Euphorianya kemenangan timnas merah putih benar-benar sampai ke Negeri Astina, setelah selama beberapa tahun terakhir tim sepak bola NKRI miskin prestasi dan selalu saja kandas kalo ketemu thailand, mendadak setelah kemenangan demi kemenangan kemarin,emblem-emblem yang berbau timnas laku dan laris manis, Pak soleh yang biasa berjualan macam-macam merchandise timnas untung besar, dan tukang sablon kebanjiran order kaus timnas.

Sekurang-kurangnya tukang becak, kuli bangunan, anak-anak menteri sampai anak tukang parkir memakai kaus timnas, dari selebritis sampai cerpenis kena demam timnas, kang Asep yang selama ini selalu bilang goblok pada setiap pelatih timnas dan selalu habis-habisan, bukan mendukung tapi mencemooh timnas pun sekarang tak malu lagi memakai kaus timnas merah putih, kalo dulu ada pemain timnas yang ia cuekin pas mau beli rokok diwarungnya sekarang di warungnya malah dipajang poster timnas yang lagi pada nyengir dan dibawahnya ditulisi "untuk pemain timnas beli apapun disini GRATIS".

Ternyata dengan sepakbola, Nasionalisme bisa diukur dan sepakbola menjadi semacam ramuan/pupuk untuk rasa Nasionaisme yang selama ini semakin layu, karena para pemimpin yang bisanya cuman bikin patah hati, mempertandus tanah/lahan Nasionalisme dengan kelakuan homo, culas, dan curangnya,pertanyaan saya Gayus yang tidak punya perasaan terhadap Bangsa dan Negara ndukung timnas ndak ya...?

***
Dikampung Mugomakmur

Kampung tempat bercokolnya Lurah Petruk, terpaksa mengadakan Kenduri dadakan, ya namanya dadakan akhirnya tak ada tumpeng lengkap lauk pauknya,ya...jelasnya minim makananlah tak seperti lazimnya kenduri, cuma ada beberapa piring rempeyek dan gandasturi yang gosip-gosipnya akan segera dipatenkan.

Setelah para hadirin semua berkumpul petruk memulai ceramahnya, petruk yang nampakya ikut merasakan euphoria kemenangan Timnas Indonesia dari tadi tak berhenti cengengesan, maklum petruk mengidolakan bintang baru timnas yang agak mirip-mirip saudaranya gareng oktavianus maniani/Okto maniani.

"Sedulur-sedulur kabeh...saya mewakili staff pemerintahan dukuh mugomakmur mengucapkan selamat untuk Timnas Indoneia yang masuk babak final..."ujar petruk sambil cengar-cengir.

"Ko gak cium tangan truk...kaya ketua PSSI Nurdin Halid yang langsung nyosor tangan presiden...pas nonton bareng" sela gareng.

"Petruk sudah membaca situasi pasti ceramahnya akan banjir interupsi dari hadirin, terutama dari sodaranya Gareng, pasti itu...pasti..."ucap petruk dalam hati sembari mentelengi gareng yang pringas-pringis.

"Ko menteleng om petruk...lah iya toh...mosok Negeri yang katanya berasaskan demokrasi kapitalis mengenal budaya cium tangan...kan budaya cium tangan utawi nyenyembah umumnya berasal dan ada di Negeri yang berasaskan Monarki/kerajaan... ko Presiden Republik masih mau disembah... padahal dia lagi getol-getolnya mencoba melarang satu asas yang dianggap berlawanan dengan Jakarta yang demokratis..."sela salah seorang hadirin yang duduk paling ujung, yang belakangan diketahui penjual koran yang setiap hari update masalah pemerintahan NKRA Negeri Kerajaan Republik Astina dan Negeri sebelah.

"Pasti...pasti...sampeyan lagi..sampeyan lagi..lurahnya siapa sih ko yang ceramah jadi sampeyan..."Ucap petruk setengah menghardik.

Penjual koran ini memang dikenal paling kritis, disetiap acara kenduri dia yang sering membuat petruk kesel karena selalu lebih pinter.

Hadirin akhirnya khidmat lagi mendengarkan ceramah petruk, sementara gareng menutup mulutnya menahan tawa, gareng selalu merasa terhibur kalau saudaranya sudah marah-marah.

"Beginiloh sedulur-sedulur sedoyo...melihat Negeri sebelah yang sukses masuk final Piala AFF2010 karena menaturalisasi beberapa pemain londo, rencananya saya mau usul ke Ndoro Yudhistira, Bhima, dan Arjuna untuk menaturalisasi beberapa pendekar linuwih untuk menjaga lini depan supaya bisa tampil menyerang pada saat palagan baratayudha nanti...sedulur yang punya usul kira-kira siapa saja pendekar...yang pas pantes untuk dinaturalisasi menambah kekuatan Skuad Pandawa, nanti akan saya catet dan saya usulkan ke Ndoro saya..."papar petruk

Hanya ada beberapa hadirin yang bertepuk tangan, mendengar kelanjutan pidato petruk yang sudah rada berapi-api, meski Petruk bukan tak mendapat gelar Macan Podium kaya Bung karno, tapi petruk kalo udah dipanas-panasi ikut panas juga.

"Saya usul Jaka sembung, dan Jaka Gledek..."sela seorang hadirin yang datang rada telat seraya mengacungkan jarinya.

"Gong...tulis..."suruh petruk pada bagong yang kala itu diberi tugas untuk menotulenkan hasil Kenduri.

"Anu Pak Lurah Si pitung ame si jiih, terus Si Jampang, Si Gobang...siape lagi ya..udah entu aje"sambung Tukang kerak telor yang kebetulan lagi keliling jualan dan ikut kenduri.

"Panji Tengkorak, Si Buta dari gua Hantu, Wiro Sableng bagus tuh...satu lagi Prabu Angling Dharma..."tambah seorang pemuda yang perawakanya mirip aktor Vino G. Bastian, anak dari Novelis terkenal Bastian Tito pereka tokoh pendekar kapak maut 212 Wiro Sableng yang diusulkanya.

Sementara Bagong sibuk nulis hasil aanwijzing rapat.

"Yang ini ga usah ditulis...gong..."cegah petruk melihat tukang koran yang sedari tadi ngacung-ngacung tapi tak diberi kesempatan oleh petruk untuk bicara, takut dibilang tidak demokratis akhirnya petruk memonggohkan Si Tukang koran untuk bicara.

"Naturalisasi itu gampang...gak repot...tapi yang bikin repot adalah apa kita akan tetap merasa bangga sebagai warga negara, kalau-kalau kita menang dan lagu kebangsaan berkumandang mereka tidak bisa ikut menyanyikan lagu kebangsaan negaranya yang baru...itu kalo menang kalo kalah tambah malu, udah banyak naturalisasi ko masih kalah...?apa iya kita akan tetap bangga sementara potensi - potensi besar negeri sendiri tidak dapat dibaca, diambil, dan dimanfaatkan, hanya sebagai penonton dan bermain dilapangan dipojok dusun...semakin banyak naturalisasi maka akan semakin banyak manusia & potensi besar lokal yang sulit ikut sumbang sih...urun pakaryo untuk negara, dan meregenerasi atlit-atlit/pendekar-pendekar yang sudah hampir pensiun"tungkas tukang koran yang tampak depanya mirip mantan Presiden RI Bapak Ceplas-Ceplos Nasional "Gus Dur".

"Satu lagi saya mau usul Mbok Tuyul saja...yang dinaturalisasi...karena cuma dia yang saya fikir sudah memenuhi syarat-syarat perundang-undangan pantas untuk dinaturalisasi..karena sebelum Pak lurah lahir dia sudah ada di Astina datang dari Negeri sebelah...Pasti mereka tau seluk beluk Astina, watak, dan kelemahan kurawa karena mereka sering operasi di kawasan kerajaan Astina...gitu aja kok repot....!!!"tukang koran yang sekarang benar-benar mirip Alm. KH Abdulrahman Wahid dengan menambahkan celotehan khas Gus Dur mengakhiri pembicaraanya.

Petruk yang sudah kadung nafsu, hampir saja mengacak-acak piring-piring rempeyek dan gandas turi yang ada didepannya, saat di bangkit dan kakinya jelalatan, tak tertahankan emosinya.

Gareng terkekeh-kekeh melihat hiburan gratis dari saudarnya.

"Sabar truk...sabar..." ucap gareng sambil nggandili pundak dan tangan petruk yang mencoba meraih bakiaknya.

Kemarahan petruk tak reda sampai sesorot sinar kekuningan mak jleg...murub berpendar dibadan si tukang koran, dan asap putih mengepul memenuhi tubuhnya pula.

Para Hadirin, petruk, bagong dan gareng kaget bukan main eh...kepalang.

Setelah kukus-kukus (asap-asap) yang rada pekat mirip wedus gembel itu sirna terbawa angin, barulah nampak sosok...wujud asli si tukang koran yang ternyata adalah Romo mereka sendiri Romo Semar Badranaya, ya Astrajingga, ya Sang Hyang Wenang...

Hadirin kabur porak poranda, tapi ada juga yang iseng sambil meraih piring -piring rempeyek dan gandasturi, ada yang dimasukan ke peci, ke sarung, ada juga yang membawa sekalian Sak piring-piringe.

Petruk memahami keadaan itu karena petruk tau istri mereka pasti bakal ngambek kalo tau suami mereka pulang dengan tangan kosong selepas kenduri.

"Sekian lanjut tidur lagi...Selamat berlibur sedulur-sedulur kabeh..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...