Senin, 06 Desember 2010

Menjelang sore di Istora


Beribu lilin menyala...
Menjelang sore di Istora

Di selasar istora
Dua mata kami saling memandang
Pada engkau rintik hujan nan membercak di kursi berkode 45
Enggan jatuh, seperti tak puas walau sudah membasuh basahkanya

Diselasar istora, dua lapan november noceng
Berpuluh ribu lilin menyala dari pagi hingga siang
Diantara hujan deras, kilat menjilat, dan kumitir angin
Berpuluh ribu lilin harapan terus menyala

Berharap setelah hujan reda
Berdoa sabar tak reda
Berpasrah pada undian nasib lalu menggantung kaitkan harapan yang seupil
Pada secarik kertas ujian tertulis calon pegawai negeri sipil

Yah semoga kali ini bisa masuk..?
Doa-doa dan harapan itu keluar dari setiap mulut dan ada pada setiap hati
Semoga masih ada pelangi setelah hujan nanti
Semoga pohon kesabaran akan berbuah nanti

Terduduk lesu mba sita, dan siti, memandang checklist daftar ujian
Terdampar haru mas haryo dan si karyo,meremah rambut, memagut janggut
Meski tak yakin tapi ku tau pasti....
Pertanyaan kapan? bak kawat berduri...

Kapan kami kerja...?
Kapan kami berkarya...?
Kapan kami dapat, balas budi orang tua...?
Kapan...Kapan..Kapan...kami sudah tidak kuliah...kami mau kerja...?

Berkatalah seorang penjual kopi merangkap tukang sapu, di istora
Nak yakinlah pada harapan-mu...Nak berjanjilah demi titel-mu...
Aku pun pernah bosan, Aku pun pernah muak...
Tapi aku yakin pada Tuhan, Juga aku yakin pada harapan

Bahwasanya...Sesungguhnya
Dia hanya Dia..Yang Maha Tahu
Dia hanya Dia..Yang Maha Mengerti
Apa yang terbaik bagimu...

Meski hari berat masih panjang
Walau waktu yang merisaukan...masih membentang
Bersumpahlah...gelar sarjana-mu tak akan engkau gadaikan pada keputus asaan
Bersumpahlah...Strata satu, dua-mu tak kan terus kau simpan dilemari kemalasan

Percayalah...Negeri ini semakin sibuk
Sedang sibuk berpura-pura dan berbasa-basi
Sedang berbenah genah ini dan itu
Jadi yakinlah Negeri ini butuh para ahli dan pengotak-atik

Untuk mengurus dan mendandani wajah pertiwi
Yang semakin carut marut semrawut
Untuk menyisir dan mengayak isi Negeri
Yang semakin dipenuhi coro-coro, dan curut

Dan selalu ingatlah Ibu dan Bapakmu
Bahagia jika anaknya bisa mencekik leher keputusasaan
Berani menampar memukul keculasan dan kemalasan
Berdirilah berkaca dan bergeraklah, melebihi mereka yang selalu tersenyum dari keterbatasanya

***
Sayang-sayang sudah susah payah kuliah lama-lama masa mau nyerah, ayo bangun putra-putri Negeri, bangun Negeri, jangan pedulikan para penjilat, biarkanlah Allah saja yang mengutuk dan menghukum, mereka para kumpeni dari negeri sendiri, yang membuat semakin tambah susah mencari pekerjaan selepas lulus kuliah.



GANYANG GAYUS....!!!!!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...