Kamis, 02 Desember 2010

Bersumpahlah Demi Vodka Bu...Vodka Untuk Ibu...

Ditulis Oleh Edi Siswoyo
Diunggah Oleh Edi Siswoyo

Tinggal segelas, Vodka Untuk Ibu...Bersulang untuk kepalamu wahai Bapaku...

Beberapa menit yang lalu, tangan saya masih mencoba manggamit daun pintu kamar, untuk kemudian saya jatuh tersungkur dan berserapah "sakiiiitttt....anjiiiinnggg..." entah pada siapa serapah itu saya tujukan, yang pasti saat saya mencoba bangkit daun pintu itu menghamtam kepala saya, ternyata daun pintu yang tersinggung, saya mengulum senyum dan mengganti serapah saya"Toipah...Toipah...aku tresno karo koweee..."

Beberapa menit yang lalu, beberapa teman semasa sekolah memegangi tangan saya, sambil membisikan "Yaa Robbigfir Mustafaa...Baligh Maa qooshidanan..." saya diam sesaat dari tangisan saya, bukan sedang bertiwikrama, saya sedang menghimpun tenaga untuk kemudian menghardik mereka "Pergiiii....."

Hormat dari ananda untukmu Ibu...
Ibuku, yang dari beberapa menit yang lalu seraya menangis menyiramkan air kebadan saya meluap bak kemarahanya, air itu tidak berarti apa-apa bagi saya, tapi air matanya benar-benar membasuh fikiran dan akalku.

"Bangsat...Bangsat..." itu saja yang keluar dari mulut ini, padahal pada hati ini berteriak-teriak "Maaf bu...Maaf..."

Maaf dari kakak untuk adindaku...
Adindaku, yang dari bberapa menit yang lalu, seraya tangis dan kekesalanya nampak tak asyik membersihkan muntahanku yang berceceran dilantai, diseluruh badanku,mencoba menearik nak melepaskan baju dari badanku...Taukah dik kau sedang menarik setan yang bercokol difikiran dan nur ani saya.

Tapi subhanallah "Bodoh...Bodoh..." itu saja serapah yang mulut ini katakan, padahal pada hati saya menghardik-hardik "Sayang...Sayang..."

Saya adalah Einsten yang bodoh, penemu yang amti dari hasil temuanya, tak mengerti apa yang saya genggam pada tangan kiri dan kanan saya, sampai saya memukul-mukul kepala saya berkali-kali, dengan tangan kanan saya yang baru saya sadari ternyata sedang memegang pecahan botol, yang tadi saya pakai untuk mengancam Bapak saya, yang sekarang sosoknya sudah tidak saya temukan dari pandangan mata saya yang kabur, Bapaku kabur, hatiku kabur, sebentar lagi aku hancur

Adiku...kakakmu terbangun...tolong ambilkan lagi segelas vodka untuk merayakan kehancuran kakandamu
Adiku nan gemilang...ini lho kakakmu terbangun...jangan antas berlari, macam gadis dalam foto itu, yang sudah kuremah-remah, dia..dia..dulu meremah-meremah hatiku
Adiku...heeyyy...kakakmu terbangun...ambilah palu yang besar disudut hatimu, lalu hancurkan belenggu-belenggu ditangan dan otak kakak

Ibunda...Ini bu..anakmu nan bajingan itu...selepas bertukar gelas vodka pada kepalaku dan kepala Bapak,kini hilang ingatan
Ibunda...Ini anakmu nan bajingan itu...kutuklah Bu...Agar...agar...ehh..apaa...eee..tangismu tak terus menghancurkan anakmu Bu...
Kutuklah Bu...Kutuklah via tangismu

Sesalilah Bu...kenapa dulu kau tak membangun hijab tinggi untuk menutupi Ciu, Vodka, Mensen, Tuak, dan Arak Cap Anu tua dari mata anak-anakmu
Sesalilah Bu...kenapa ayah tak meminum vodka-nya sesudah aku terlelap, agar aku tak mendengar Bapak mencaci maki Ibu, seseudah dia mabuk
Sesalilah Bu...kenapa dulu ibu bilang itu minuman jamu,en saat aku iseng menanyakan "Kenapa Bapak selalu meminum minuman itu"
Sesalilah Bu...kenapa aku harus mendengar Ibu menangis selalu, manakala uang belanja yang tak seberapa dipakai untuk minuman gila ini...sesaliah Bu...

Bersumpahlah pada Vodka Tuhan untuk Bapak

Bersumpahlah pada Vodka Bu...Ibu tak akan menyimpan botolnya untuk menyemai bunga-bungamu ini
Bersumpahlah pada Vodka Bu...rumah kita tertutup untuk zombie-zombie yang berjalan gontai sempoyongan itu
Bersumpahlah pada Vodka Bu...asingkanlah nama-nama ciu, vodka, tuak, dan arak genderang telinga anak dan cucumu
Bersumpahlah demi Vodka Bu...Ibu tak akan menina-bobokan anak saya nanti dengan airmata yang jatuh didadanya...

Jika dayoh nan sempoyongan itu, aku akan memberiakan nyanyian ini untuknya

"eh...dayoh'e mambu...eh pakan'no asu, eh...dayoh'e mati eh..buang'no kali..
eh...dayoh'e mambu..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALA ITU

Angin berdesir kala itu Aku tahu kau suka angin itu Semilir menerpa jilbab panjangmu itu Senyuman kecilmu tanda kau suka itu Aku ingin berta...